Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Penetrasi Digital Plus Iklim Ramah Investor Dorong Investasi Asing di Indonesia

Indonesia konsisten merombak iklim bisnisnya agar lebih fleksibel, ramah investor, dan adaptif dengan keuangan berkelanjutan dan ekonomi digital.

BizzInsight
zoom-in Penetrasi Digital Plus Iklim Ramah Investor Dorong Investasi Asing di Indonesia
Tribunnews/Irwan Rismawan
Layar pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020). ribunnews/Irwan Rismawan 

TRIBUNNEWS.COM – Di era disrupsi ekonomi saat ini, transformasi ekonomi digital pun kian gencar. Di samping itu, semenjak pandemi Covid-19 merebak, banyak bisnis mulai bertransformasi secara digital untuk bertahan. Konsumen pun mulai beralih kepada pembayaran secara digital, Melansir Kompas.com, Rabu (21/4/2021), Bank Indonesia mencatat tingkat penggunaan fasilitas pembayaran nontunai melonjak 42 persen pada April 2021 lalu.

Di Indonesia sendiri, banyak bisnis menggantungkan nasibnya pada perkembangan teknologi, mulai dari korporasi besar hingga UMKM. Terlebih, mengutip kemenkopukm.go.id, pemerintah menargetkan 30 juta dari 64 juta UMKM go digital pada 2030. Hal ini dirasa krusial mengingat UMKM digadang sebagai penyumbang lebih dari 60 persen PDB.

Maka itu, dengan penetrasi digital yang terus tumbuh di Indonesia, peluang para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia pun akan makin besar. Begitu pun manfaat yang akan dirasakan oleh masyarakat Indonesia.

Perkembangan teknologi digital juga didukung oleh potensi Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia.

Dengan lebih dari 53 persen tinggal di perkotaan, jumlah kelas menengah atas yang meningkat, serta bonus demografi usia produktif pada tahun 2030-2040 mendatang, Indonesia merupakan magnet bagi para investor asing.

Ditambah lagi, meski sedang memerangi Covid-19, ekonomi Indonesia memiliki posisi baik untuk bangkit. Hal ini dapat dilihat melalui konsistensi Indonesia untuk terus merombak iklim bisnisnya agar lebih fleksibel, ramah investor, dan adaptif dengan keuangan berkelanjutan dan ekonomi digital. Jika disiplin tersebut dipertahankan, hal itu tentu akan memikat lebih banyak investor asing.

Kemajuan teknologi didukung iklim yang ramah investor

Berita Rekomendasi

Lebih jauh lagi, pengesahan Omnibus Law memberikan sentimen positif pada para investor. Pada periode April-Juni 2021 investasi meningkat dan beberapa perusahaan besar telah melakukan groundbreaking.

Melalui reformasi strategi ini, melansir situs Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi selama triwulan II-2021 mengalami peningkatan sebesar 16,2% menjadi Rp 223,0 triliun, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp 191,9 triliun.

Di samping itu, realisasi investasi asing (Penanaman Modal Asing/PMA) mencapai Rp111,7 triliun pada kuartal I 2021. Jumlahnya lebih tinggi dari realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN sebesar Rp108 triliun.

Sederet reformasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, mulai dari akselerasi digitalisasi bisnis, Omnibus Law, perubahan status BKPM ke Kementerian, dan perubahan rezim perizinan usaha menjadi berbasis risiko dengan proses perizinan yang dilakukan melalui sistem Online Single Submission (OSS), mendorong terbukanya pintu investasi global di masa depan.

Peluang investasi asing di Indonesia dikupas dalam forum diskusi online khusus bertajuk “In Conversation with Indonesia”. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian HSBC Summit 2021 melalui kemitraan dengan Kementerian Investasi/BKPM yang digelar untuk memberikan pemahaman lebih dalam mengenai ekonomi Indonesia terkini, termasuk prospek investasi secara global dan potensinya di masa depan.

Sebagai bank internasional terkemuka yang membantu mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, HSBC berkomitmen untuk menghubungkan nasabah dengan bisnis dan peluang di seluruh dunia.

Berlangsung lebih dari tiga jam dan digelar dalam dua zona waktu, forum diskusi “In Conversation with Indonesia” membahas iklim investasi di Indonesia, sekaligus memfasilitasi diskusi bilateral antara investor luar negeri, khususnya nasabah global HSBC dengan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia terkait peluang berinvestasi di Indonesia.

Forum yang difasilitasi oleh HSBC ini merupakan diskusi bilateral (one-on-one discussion) antara calon investor di Asia dan Eropa/Amerika Serikat dengan perwakilan senior dari BKPM. Lebih dari 20 calon investor dari koridor bisnis Asia, Eropa/Amerika Serikat mengikuti diskusi one-on-one ini.

Calon investor yang hadir tersebut sebagian besar berasal dari sektor industri manufaktur, sedangkan yang lainnya berasal dari industri distribusi, teknologi, konsultan energi, retail, otomobil, agrikultur, dan keuangan. 

Topik diskusi melingkupi informasi detail dari tim Kementerian Investasi/BKPM mengenai iklim positif investasi, berbagai peluang investasi beserta peraturan dan insentif, serta kemudahan berinvestasi di Indonesia. Forum ini didukung oleh lebih dari 20 staf perwakilan senior dari Kementerian Investasi/BKPM dan HSBC.

Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, Francois De Maricourt mengungkapkan jika Asia, khususnya Indonesia akan menjadi mesin ekonomi global.

“Asia telah menjadi mesin ekonomi global, dan kami percaya Asia Tenggara pada umumnya – dan Indonesia pada khususnya – akan memainkan peran yang semakin meningkat dalam mendorong pembangunan dan menciptakan kemakmuran. Itulah sebabnya kami menginvestasikan $6 miliar selama lima tahun ke depan di Asia untuk melayani nasabah kami dengan lebih baik dan mempermudah nasabah kami dalam mengembangkan bisnis di dalam dan luar negeri,” ujar Francois.

Tak hanya itu saja, Francois mengungkapkan, forum ini hadir demi menghubungkan Indonesia dengan dunia, dan dunia dengan Indonesia.

Dalam forum yang sama, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia turut menyampaikan bahwa iklim investasi di Indonesia pun berangsur kian ramah, terutama dalam konteks regulasi. Iklim Indonesia yang ramah investor juga didukung oleh teknologi yang mempermudah perizinan usaha, yakni OSS.

“Dalam konteks regulasi, Indonesia memasuki babak baru melalui undang-undang cipta kerja yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi dunia usaha, kepastian, transparansi dan juga efisiensi dalam proses pembuatan izin yang sekarang ini sudah berbasis elektronik dan via OSS,” ungkap Bahlil.

Bahlil mengatakan, realisasi investasi Indonesia di kuartal kedua 2021 adalah sebesar Rp223 triliun. Daerah tujuan investasi di Indonesia juga tak hanya terpusat di Pulau Jawa saja.

“Daerah tujuan investasi Indonesia saat ini tidak hanya di Pulau Jawa tetapi juga di luar pulau Jawa karena infrastruktur yang ada sudah sangat baik dan juga adanya pemberlakuan insentif yang berbeda antara Jawa dan luar Jawa,” ujar Bahlil.

Ricky Kusmayadi, Direktur Pengembangan Promosi Kementerian Investasi/BKPM dalam webinar “Connecting EU and UK Businesses to Growth Opportunities in ASEAN” yang diselenggarakan beberapa waktu lalu juga mengungkapkan bahwa Omnibus Law telah membuka peluang investasi baru.

"Omnibus Law menarik banyak investasi baru, menciptakan lapangan kerja, stimulasi ekonomi yang di antara lain melalui menyederhanakan proses perizinan, harmonisasi berbagai undang-undang dan kebijakan, membuat pemutusan kebijakan lebih cepat bagi pemerintah pusat untuk merespons perubahan dan tantangan global," kata Ricky.

Dukungan HSBC untuk dorong investasi asing di Indonesia

Tekanan Bursa Mereda
Joyce Tauris Santi
4 Juni 2015 17:17 WIB Ikon komentar 0 komentar

JAKARTA, KOMPAS — Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia berlanjut pada perdagangan Kamis (4/6) walaupun sudah sedikit reda. Pada awal perdagangan hari ini, investor asing terlihat banyak melepaskan saham senilai Rp 90 miliar. Selama seminggu ini, net sell investor asing sekitar Rp 2 triliun. Pada akhir sesi pertama, indeks turun lagi 0,22 persen menjadi 5.119. Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks melemah 1,5 persen.
Pengunjung mengabadikan pergerakan saham di monitor melalui gawai di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/6). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ditutup melemah ke level 5.213, atau turun 2 poin ketimbang posisinya di sesi pembukaan pada Senin pagi. Penurunan IHSG di BEI berlanjut pada perdagangan Kamis (4/6) walaupun sudah sedikit reda.
Pengunjung mengabadikan pergerakan saham di monitor melalui gawai di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/6/2016).
Pengunjung mengabadikan pergerakan saham di monitor melalui gawai di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/6/2016). (KOMPAS IMAGES/HENDRA A SETYAWAN)

Melalui sesi diskusi “In Conversation with Indonesia”, HSBC dan Kementerian Investasi/BKPM bertujuan memberikan insight tentang iklim investasi yang positif di Indonesia, peluang dan insentif investasi yang memikat dan potensial, serta pertimbangan regulasi.

HSBC Indonesia dan Kementerian Investasi/BKPM akan senantiasa berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam memfasilitasi investasi ke Indonesia.

Terlebih, Indonesia didukung dengan populasinya yang makin melek teknologi, dengan jumlah pengguna internet tertinggi di dunia sekitar 196 juta, naik 15% sejak 2018, dan telah menciptakan lebih banyak unicorn daripada negara Asia Tenggara lainnya di luar Singapura, termasuk GoTo, Tokopedia, Ovo, dan Bukalapak.

Tahun ini, Indonesia juga menargetkan peningkatan infrastruktur fisik, seperti peluncuran konektivitas 4G ke 4.000 kabupaten dan subdivisi tahun ini.

Kemajuan penetrasi digital dalam bisnis juga bisa dilihat dari peningkatan penggunaan transaksi e-commerce. Melansir Kompas.com, terhitung sejak 2020 lalu, transaksi online di e-commerce mengalami pertumbuhan hingga 400 persen per bulan.

Hal ini tentu jadi pertimbangan utama bagi para investor khususnya investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.

Kemajuan pesat digitalisasi bisnis dan iklim investasi yang ramah di Indonesia, diharapkan para pebisnis dapat dengan mudah mengembangkan bisnis di dalam dan luar negeri.

Selain itu, HSBC berada di posisi yang tepat untuk turut mendorong pemulihan ekonomi di Indonesia. Tak hanya itu, sebagai bank global, HSBC bahkan memiliki kapasitas untuk menghubungkan nasabah internasional dengan berbagai peluang investasi di Indonesia.

Di sisi lain, HSBC juga dapat membantu nasabah korporasi Indonesia untuk mengakses permodalan internasional, memungkinkan nasabah bisnis untuk memperluas jaringan perdagangan dengan aman dengan biaya yang efektif, serta membantu nasabah perorangan mendiversifikasi portofolio wealth mereka ke kelas aset internasional, melalui berbagai teknologi digital yang dimiliki.

Anda dapat secara langsung berperan dan ambil bagian dalam kemajuan ekonomi Indonesia. Memberikan berbagai langkah yang tepat dan kemudahan pelayanan secara online, HSBC akan memfasilitasi Anda dengan maksimal untuk menanamkan modal bisnis Anda di Indonesia.

Penulis: Fitrah Habibullah | Editor: Bardjan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas