Kilangnya Terbakar di Cilacap, Berapa Perkiraan Kerugian PT Pertamina?
Dalam lima bulan ini tangki di area Kilang Cilacap milik PT Pertamina mengalami kebakaran yang kedua kalinya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dalam lima bulan ini tangki di area Kilang Cilacap milik PT Pertamina mengalami kebakaran yang kedua kalinya.
Terakhir, kebakaran melanda satu unit tangki berisi produk Pertalite di Kilang Cilacap pada Sabtu (13/11/2021).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov mengatakan, ada sejumlah dampak yang timbul dari insiden kebakaran kali ini.
Kebakaran tangki di area kilang berpotensi memberi dampak buruk pada reputasi dan kredibilitas PT Kilang Pertamina Internasional sebagai subholding.
Baca juga: Detik-detik Kobaran Api Tangki Minyak di Cilacap Berhasil Dipadamkan, Ini Upaya Penanganan Pertamina
Lebih luas, hal ini juga berdampak pada PT Pertamina selaku holding yang tengah dihadapkan pada tantangan untuk menggaet investor.
"Ini juga bisa berdampak pada reputasi dan kredibilitas Pertamina sebagai holding untuk meyakinkan, mengajak investor-investor dunia," terang Abra kepada Kontan, Minggu (14/11).
Abra melanjutkan, dampak kebakaran ini tidak hanya akan mempengaruhi rencana investasi pada proyek-proyek kilang namun juga pada proyek Pertamina lainnya.
Apalagi bagi sejumlah investor, mereka akan melakukan perhitungan mengenai prospek dari suatu proyek termasuk aspek keamanan proyek tersebut.
Baca juga: BPBD Cilacap Apresiasi Kesigapan Pertamina Padamkan Kebakaran Tangki Kilang Cilacap
Proyek yang tidak menjamin keamanan cenderung akan kian meningkatkan biaya investasi yang ada.
Selain berdampak pada reputasi, Pertamina juga harus menanggung kerugian materil.
Abra, dalam perhitungannya menyebut, tangki yang terbakar dengan kapasitas sekitar 31.000 kiloliter (kl) terisi penuh maka ada kerugian yang cukup besar bagi Pertamina.
"Saya melakukan kalkulasi kasar, dengan tangki 31.000 kl itu kerugian mencapai Rp 237 miliar dengan harga Pertalite," kata Abra.
Tak sampai disitu, masih ada kerugian lain yang mungkin timbul yakni dari infrastruktur sekitar yang terdampak serta biaya yang diperlukan untuk membangun kembali aset yang terbakar.
Berkaca dari kondisi ini, Abra menilai, ada evaluasi yang belum optimal dari manajemen Pertamina pasca kebakaran pertama kali di Juni lalu.