Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Resep “Panjang Umur” UMKM saat Pandemi? Brand Lokal Surabaya Ini Punya Jawabannya

Verne Indonesia, UMKM yang bergerak di bidang fashion asal Surabaya ini punya resep untuk tetap konsisten dan bersaing di tengah pandemi

zoom-in Resep “Panjang Umur” UMKM saat Pandemi? Brand Lokal Surabaya Ini Punya Jawabannya
Istimewa
Verne Indonesia 

TRIBUNNEWS.COM – Geliat produk fashion skala mikro, kecil, dan menengah lokal terus berkembang dan tak pernah senyap dari peminat. Hal ini dapat dilihat dari ramainya pembeli produk-produk dari jenama lokal di e-commerce.

Tak jarang, kualitas fashion dari jenama lokal pun tak kalah saing dengan produk luar negeri.

Salah satu jenama lokal yang eksistensinya tak bisa dipandang sebelah mata adalah Verne Indonesia. UMKM asal Surabaya ini berdiri sejak 2011 dengan menawarkan produk fashion andalannya yang terbuat dari bahan baku kulit.

Verne Indonesia menyulap material dasar kulit menjadi produk fashion fungsional, seperti tas, dompet, belt, serta produk lainnya.

Pemilihan kulit sebagai bahan baku didasarkan atas mudahnya mendapatkan bahan alami ini. Di samping itu, daya tahannya pun tinggi. Belum lagi, permintaan tinggi dari masyarakat terhadap produk kulit pun patut jadi pertimbangan.

Marsetio Hariadi, Manager Verne Indonesia, mengungkapkan bahwa ia dan timnya optimistis mengembangkan produk fashion bermaterial kulit karena menjanjikan—permintaannya selalu subur dari waktu ke waktu.

Awal mula Verne Indonesia

BERITA REKOMENDASI

Kepada Tribunnews melalui surel, Rabu (10/11/2021), Marsetio bercerita singkat mengenai kiprah Verne Indonesia selama 10 tahun. Hingga kini, Verne Indonesia tetap konsisten menjual produk kulit khas dengan nilai craftsmanship yang tinggi.

Menurut pria yang akrab disapa Tio ini, Verne Indonesia didirikan berdasar pada nilai-nilai luhur masyarakat, bukan hanya mengekor pada tren.

Yang tak kalah memikat perhatian, berbagai produk dibuat berdasarkan tema yang dapat mendukung identitas dan visi dari Verne Indonesia sendiri.

Awalnya, Verne mencari sebuah tema yang dapat mendukung jati diri dan visinya dan juga menggambarkan atmosfer petualangan yang tak biasa.

Maka itu, novelis Prancis abad ke-19, Jules Verne, dipilih sebagai tema dari jenamanya tersebut. Jules Verne sendiri adalah penulis yang menghasilkan karya-karya petualangan bernapaskan fiksi sains yang populer hingga saat ini, seperti 'Around the World in Eighty Days'.

“Cerita sarat petualangan yang bernapaskan fiksi sains, melebur dengan value-value lain yang sudah kami ciptakan sendiri,” ungkap Tio.

Tio pun melanjutkan, “Persilangan antar value yang kami usung dalam menempuh perjalanan brand, yang kami sendiri tidak pernah bayangkan bagaimana akhirnya. Hingga kelak dapat menjadi warisan bagi mereka yang dapat memahami visi, misi, tujuan, dan berbagai hal mendasar yang sudah kami implementasikan, di tengah arus deras yang sudah kami lalui dengan sukacita dan air mata, peluh dan luka yang terlihat maupun tidak terlihat,” ungkap Tio.

Di balik dapurnya, ada 9 anggota berdedikasi tinggi dengan perannya masing-masing, termasuk di dalamnya empat orang crafter.

Proses produksi dari produk Verne Indonesia dikerjakan di workshop oleh para crafter andal yang beralamat di Jalan Dukuh Kupang XXX nomor 16, Surabaya.

Di dalam workshop tersebut, tersedia berbagai peralatan untuk mengolah bahan kulit seperti peralatan lengkap jahit tangan (hand stitching, handcrafting), mesin jahit, mesin seset, mesin emboss, dan mesin plong.

Go digital pada tahun 2017: titik balik Verne Indonesia

Etalase Produk Verne Indonesia di Tokopedia
Etalase Produk Verne Indonesia di Tokopedia

Tahun 2017 adalah titik balik bagi Verne Indonesia. Pada tahun inilah, Tio dan tim menjajal nasib di pasar digital. Tepatnya melalui platform Tokopedia.

Melalui e-commerce hijau tersebut, Verne Indonesia untuk pertama kalinya menggaungkan namanya ke skala publik yang lebih luas.

Langkah untuk mantap go digital tercetus setelah Verne Indonesia mengalami kendala ketika hanya mengandalkan penjualan secara offline, terutama di berbagai pop-up market.

Pendek kata, Verne Indonesia telah malang melintang di pasar offline sejak 2010 lalu melalui pop-up market dan dengan mengangkat konsep handmade product, craftsmanship, dan leathergoods.

Namun, pasar offline lambat laun kian menurun dan kehilangan peminat. Pengunjung pop-up market pun berangsur menyusut dari waktu ke waktu. Saat itulah apa yang dinamakan titik balik bermula: terjun ke pasar digital.

“Tujuh tahun setelah kita besar dari pasar offline, pop-up market, yang mana mengenalkan kita sampai sejauh ini pada audiens anak muda lingkup nasional. Kunjungan offline tentu menurun, dan kami harus mengalami struggle lagi dalam membiasakan diri pada pasar online/digital,” ungkapnya.

Tentu, di era digital yang kian berkembang, keputusan tersebut tak keliru. Verne Indonesia mampu bersaing di pasar fashion kulit tanah air dan konsisten bertahan menghadapi pandemi.

Kenaikan omzet signifikan hingga dua kali lipat

Saat itu, cerita Tio, salah satu tantangannya adalah membangun kepercayaan pelanggan. Berbelanja produk fashion kulit di ranah maya tentu sangat berbeda ketimbang secara tatap muka. Tak jarang, pelanggan meragukan keaslian kulit tersebut.

“Belanja online perlu kepercayaan, yang mana kami menjual produk-produk kulit yang harganya tentu cukup tinggi. Audiens merasa perlu melihatnya langsung. Meragukan keaslian, dan presentasi visual kami,” cerita Tio.

Tio pun melanjutkan, “Prosesnya pasca terbangun kepercayaan juga cukup ribet, mulai dari mencari kontak, mengedukasi audiens dengan bahasa yang mudah dimengerti, hingga persoalan kirimkan bukti transfer.”

Namun, Verne Indonesia mampu menghadapi persoalan tersebut. Seiring waktu, kepercayaan pelanggan mulai terbentuk. Mereka pun konsisten mengembangkan produknya dan memasarkannya secara digital.

Kini, pemasukan utama Verne Indonesia bersumber dari penjualan online dari Tokopedia. Belanja online telah jadi pilihan primadona bagi masyarakat.

Sama seperti halnya memilih untuk go digital, memilih Tokopedia sebagai e-commerce andalan pun sama sekali bukan kekeliruan. Selain penggunaannya yang praktis dan mudah, reputasi bersih Tokopedia berhasil menggaet kepercayaan dari masyarakat.

Dengan kata lain, hal itu berimbas baik pada penjualan produk Verne Indonesia. Alhasil, transaksi pun ikut melonjak, bahkan di tengah pandemi yang masih berlangsung.

“Saat ini Tokopedia menjadi jalur utama untuk penjualan barang-barang reguler kami seperti dompet, dan tas. Setiap bulannya kami melayani order sebanyak 50 hingga 60 pesanan, dan mengalami peningkatan jumlah transaksi hampir 2 kali lipat pada kuartal III 2021 jika dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya,” ujar Tio.

Tio tak lupa mengatakan bahwa Tokopedia-lah yang juga turut berperan membantu bisnisnya survive di tengah gempuran pandemi. Perihal omzet, tak terlihat penurunan yang cukup signifikan.

Meski kini telah menjaring banyak pelanggan dari seluruh penjuru Indonesia, Tio mengakui penjualan tetap harus ditingkatkan kembali dengan menggiatkan produksi barang dan inovasi.

Terakhir, Tio berpesan agar UMKM asal Surabaya lainnya bangkit dan keluar dari kondisi pandemi dengan memanfaatkan ekosistem digital dan mengikuti beragam pelatihan peningkatan kemampuan, seperti yang dihadirkan GoTo melalui inisiasi #BangkitBersama.

Melalui gerakan #BangkitBersama, GoTo menyediakan dukungan teknologi dan non-teknologi bagi para UMKM lokal agar dapat beradaptasi dan tumbuh di tengah pandemi.

“Harapan kami melalui gerakan #BangkitBersama dalam ekosistem GoTo, agar dukungan terhadap UMKM lokal selalu bisa berkelanjutan, semakin besar dan berkembang, dan bisa menjadi mitra yang saling mendukung. Itu saja,” pungkas Tio.

Penulis: Fitrah Habibullah | Editor: Bardjan     

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas