UMKM Asal Makassar Ini Bagikan Kesuksesan Mereka Berbisnis Produk Lokal
Demi mencapai pemulihan ekonomi lewat penguatan sektor UMKM, beradaptasi dengan platform digital jadi salah satu upaya yang bisa dilakukan para pelaku
TRIBUNNEWS.COM - Memperingati HUT Kota Makassar ke-414 pada 9 November lalu, Pemerintah Kota Makassar mengajak warganya menikmati kopi dan kue taripang, pada pukul 9.11 WITA, sesuai dengan hari lahir Kota Makassar.
Wali Kota Makassar, Danny Pomanto mengungkapkan, kegiatan ini merupakan upaya membangkitkan kembali perekonomian lewat penguatan sektor UMKM Kota Makassar.
“Imunitas kesehatan sudah terbentuk, adaptasi sudah lebih kuat, maka saatnya kita membangkitkan ekonomi. Ekonomi recovery harus kita mulai dari hal-hal sederhana, harus kita perkuat di UMKM dan hari ini kita mulai dari komoditi kopi dan taripang," ujar Danny, Selasa (8/11/2021).
Demi mencapai pemulihan ekonomi lewat penguatan sektor UMKM, beradaptasi dengan platform digital jadi salah satu upaya yang bisa dilakukan para pelaku UMKM. Terlebih, adaptasi ini juga memudahkan pelaku UMKM menjangkau pasar yang jauh lebih luas.
Salah satunya seperti yang dialami Radinal Ridwan, pemilik usaha Madu Hutan Asli Makassar Haana Bee. Lewat wawancara eksklusif dengan Tribunnews, Radinal menceritakan bahwa usahanya dibangun atas kegemarannya mengonsumsi madu. Kemudian ia pun tertarik menjadi reseller dari produk madu yang ia konsumsi.
Berbekal pengalaman tersebut, akhirnya, di Mei 2019, pria lulusan Teknik Elektro ini memutuskan berani membuat brand madu sendiri. Ini dilandasi komitmennya untuk menyejahterakan sebanyak-banyaknya petani madu lokal, dan mengajak generasi muda menjaga kesehatan dengan gemar mengonsumsi madu, seperti dirinya.
Selain menjual langsung secara offline, awalnya produk madu Haana Bee miliknya ini juga dijual secara online melalui layanan pesan-antar makanan, lalu kemudian merambah ke marketplace.
“Alhamdulillah karena sudah belajar dari 2019, pas pandemi di 2020, kami sudah siap dan tidak bingung lagi. Nggak butuh urus ini itu, sudah punya P-IRT, reseller, pelanggan juga, dan sampai 2021 alhamdulillah masih jalan juga,” ungkap Radinal.
Terlebih, di masa pandemi ini, Radinal membeberkan, usaha yang dijalaninya mengalami peningkatan penjualan hingga 50-100 persen. Apalagi saat itu, banyak orang yang mencari immune booster, salah satunya madu. Ditambah lagi, produk madu Haana Bee diambil langsung dari petani hutan Sulawesi seperti Malino, Selayar, Sumbawa dan Kolaka, sehingga 100 persen murni, tanpa proses pemanasan dan campuran sama sekali.
Bergabung dengan marketplace bantu tingkatkan penjualan
Menurut Radinal, peningkatan penjualan dari madu Haana Bee juga didorong dirinya yang sudah melek digital, sebab berjualan melalui marketplace Tokopedia.
Menurut Radinal, kehadiran marketplace seperti Tokopedia sangat membantu UMKM seperti dirinya, karena memiliki sistem yang sudah teratur, sehingga memudahkan pelaku UMKM untuk berjualan.
“Selain itu, Tokopedia juga sudah sistematis untuk pembacaan data grafiknya. Misalnya, kita bisa baca grafik dalam sebulan laku berapa, dalam seminggu laku berapa, produk apa yang paling laku. Terus, kita juga bisa baca dari kompetitor karena kita diinfokan juga dari Tokopedia kompetitor kita itu pebisnis madu lain itu akunnya apa, cara mereka berjualan itu bagaimana, jadi, bisa kita kepoin,” jelas Radinal.
Terlebih, kehadiran fitur Bebas Ongkir dan TopAds menjadi dukungan yang diberikan Tokopedia agar UMKM makin berkembang, dan penjualan produk Madu Hutan Asli Makassar Haana Bee milikinya makin meningkat. Radinal pun mengungkapkan, saat ini dirinya bisa mendapatkan omzet rata-rata Rp10 juta per bulan dari penjualan di Tokopedia.
Untuk penjualan offline selain di rumah, Redinal menjelaskan produk Haana Bee juga sudah bekerja sama dengan 13 titik toko oleh-oleh di Makassar, serta memiliki reseller sekitar 10 orang yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, Majene, Maros, Makassar dan Gowa.
Beri harapan untuk bangkitkan kembali usaha orang tua
Selain Radinal, Asrianto Sultan, wirausahawan asli Sengkang yang menjual produk Tenun Sengkang, juga merasakan manfaat dari berjualan secara online.
Kepada Tribunnews, Asrianto menceritakan, pada awalnya usaha yang ia jalani merupakan warisan usaha toko fisik milik orang tuanya, yang sempat tutup di tahun 2013.
Namun, melihat sisa produk dari toko fisik yang tutup tersebut, akhirnya Asrianto pun mencoba membangkitkan kembali usaha kain tenun Sengkang dengan menjualnya di Facebook pada tahun 2014.
Di tahun yang sama, Asrianto juga mulai melebarkan penjualannya, sekaligus mengenalkan tenun khas Bugis-Makassar kepada lebih banyak masyarakat, dengan bergabung menjadi mitra UMKM di marketplace Tokopedia.
“Daya tarik tenun Sengkang ini ada pada motifnya yang khas Bugis serta penggunaan warna-warnanya yang cenderung kontras dan cerah. Selain itu, dari segi bahannya. Mungkin selama ini rata-rata kain khas Nusantara itu berbahan katun, nah, tenun Sengkang ini berbahan sutra ataupun sutra sintetis,” jelas Asrianto.
Selain itu, produk tenun Sengkang miliknya juga dibuat dengan menggunakan alat tenun tradisional, yang digerakkan dengan kombinasi paralel tangan dan kaki, dengan proses pembuatan yang memakan waktu 3-4 bulan, dan diproduksi dalam bentuk kain memanjang berukuran 100-120 meter.
Jangkau konsumen di berbagai wilayah dengan marketplace
Asrianto menceritakan, pandemi begitu berdampak terhadap usahanya. Namun, setelah berjalan sekitar empat bulan, dirinya kembali kedatangan pesanan. Ini semua berkat penjualan online yang ia lakukan.
“Tenun kami telah menjangkau hampir setiap wilayah di Indonesia. Tokopedia menjadi salah satu penyemangat bagi Tenun Sengkang, termasuk para penenun lokal kami, untuk terus berkarya walau di tengah pandemi,” ungkap Asrianto.
Terlebih, bergabung dalam ekosistem digital seperti marketplace Tokopedia, Asrianto mengaku ia menjadi lebih mudah dalam melakukan penjualan, karena sistem yang dimiliki Tokopedia mendorong pelaku UMKM seperti dirinya untuk lebih profesional.
“Selama ini kalau lewat Facebook atau Instagram itu ‘kan prosesnya masih manual. Dari cek transfer, lalu konfirmasi. Kalau lewat Tokopedia semuanya serba otomatis. Jadi bisa lebih profesional jualannya kalau lewat marketplace,” jelas Asrianto.
Lewat usahanya ini, Asrianto membeberkan omzet yang diterima mencapai kurang lebih Rp70 juta per bulannya.
Di momen hari jadi Kota Makassar yang ke-414 tahun ini, besar harapan Asrianto akan ada regenerasi dari para penenun kain khas sehingga bisa terus terjaga kelestariannya. Selain itu, dirinya juga berharap Pemerintah Kota Makassar juga semakin memberikan akses untuk para pelaku UMKM sehingga bisa terus ‘unjuk gigi’.
Menjawab harapan Asrianto, sebagai marketplace yang memudahkan pelaku UMKM berjualan, Tokopedia lewat inisiatif Hyperlocal juga terus berkolaborasi dengan pemerintah dan mitra strategis lain untuk membantu UMKM lokal, termasuk yang ada di Makassar dengan meningkatkan daya saing lewat teknologi.
“Digitalisasi pasar tradisional adalah salah satu kolaborasi Tokopedia dengan Pemkot Makassar. Ada juga kampanye Kumpulan Toko Pilihan (KTP) dan Waktu Indonesia Belanja (WIB) Lokal yang mendorong masyarakat Makassar berbelanja dari penjual terdekat sekaligus memberi panggung lebih luas bagi para pegiat UMKM di Makassar,” kata Kepala Divisi Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia, Emmiryzan.
Kolaborasi Tokopedia dengan Pemkot Makassar ini pun juga sangat di apresiasi oleh Wali Kota Makassar, Danny Pomanto.
“Kami sangat mengapresiasi kolaborasi bersama Tokopedia yang bertujuan mendorong adopsi platform digital bagi pegiat UMKM di Makassar. Digitalisasi UMKM adalah sebuah keharusan di era digital, terutama saat pandemi, agar pegiatnya bisa mempertahankan kelangsungan bisnis sekaligus berkontribusi memulihkan ekonomi,” tutup Danny.
Penulis: Nurfina Fitri Melina | Editor: Firda Fitri Yanda