Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Penanganan Covid-19 Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi Indonesia

Proses pemulihan ekonomi nasional masih tergantung pada kemampuan pemerintah mengatasi pandemi Covid-19.

Penulis: Dodi Esvandi
zoom-in Penanganan Covid-19 Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi Indonesia
istimewa
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ekonom dari The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip menyebut bahwa proses pemulihan ekonomi nasional masih tergantung pada kemampuan pemerintah mengatasi pandemi Covid-19.

Menurut Sunarsip, kegiatan perekonomian yang saat ini mulai kembali bergerak tidak lepas dari keberhasilan pemerintah menangani pandemi Covid-19.

Konsumsi rumah tangga yang jadi penggerak utama perekonomian mulai tumbuh positif sejak pemerintah melakukan pelonggaran aktivitas masyarakat, yakini dengan diterapkannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Jadi memang game changer-nya sejauh mana penanganan Covid-19, apakah bagus atau tidak. Sekarang seluruh daerah mayoritas sudah level 1. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan masyarakat untuk membelanjakan uangnya," kata Sunarsip dalam diskusi yang digelar Bank Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (20/11/2021).

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Dipengaruhi Masyarakat yang Kembali ke Kampung Halamannya

Sunarsip mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2021 tercatat 3,51 persen (YoY).

Angka ini lebih rendah dari capaian kuartal II-2021 sebesar 7,07 persen.

Namun demikian, Sunarsip menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia itu masih lebih baik jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan Thailand.

Berita Rekomendasi

“Dibanding negara-negara peers seperti Malaysia dan Thailand, pertumbuhan kita relatif tinggi, meskipun di kuartal ke-III tumbuh sekitar 3,51 persen, tetapi secara akumulatif kita tumbuh dalam 9 bulan di 2021 tumbuh 3,24 persen,” kata Sunarsip.

Dia menjelaskan, sebagaimana tahun 2020, Indonesia hanya mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen.

Baca juga: Presiden Minta Peningkatan SDM Digital Dipercepat Untuk Jawab Ketidakpastian Ekonomi Dunia

Angka itu tidak terlalu rendah dibandingkan negara lain yang sampai 8-9 persen kontraksinya.

“Kenapa relatif lebih baik? Karena kita lihat minusnya tidak terlalu drop. Negara-negara lain pasca Covid-19 minusnya ada yang 8-9 persen. Kita minusnya hanya 2 persen lebih,” ujarnya.

Di sisi lain, Sunarsip menyebut salah satu tantangan bagi pemulihan ekonomi Indonesia ke depan adalah menguatnya tekanan inflasi, seiring “berakhirnya” pengetatan mobilitas global yang diikuti dengan meningkatnya aktivitas industri.

Ia mengatakan, mulai pulihnya perekonomian di berbagai negara dapat menimbulkan kenaikan permintaan dari masyarakat serta meningkatnya kembali aktivitas industri pengolahan.

Baca juga: Gubernur BI: Permintaan Kredit Membaik, KPR Terus Catat Pertumbuhan Tertinggi 

Sumber inflasi antara lain berasal dari kenaikan harga-harga komoditas, terutama komoditas energi; batubara, minyak, dan LNG.

Kemudian kenaikan biaya transportasi akibat terjadinya gangguan maupun disrupsi pada mata rantai pasokan (supply chain) dan logistik sehingga menaikkan harga produk impor maupun ekspor.

Dan terakhir adalah transisi energi dari fosil ke renewable.

"Ini akan mendorong kenaikan biaya produksi energi. Sedangkan penerapan instrumen fiskal dalam rangka green economy misalnya dengan penerapan pajak karbon (carbon tax) juga berpotensi menaikan harga energi yang harus ditanggung konsumen," kata Wakil Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) DKI Jakarta itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas