Gandeng Operator India, AP II: Kepemilikan Bandara Kualanamu 100 Persen Milik Kami
Angkasa Pura II (Persero) memastikan tidak menjual aset Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) memastikan tidak menjual aset Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Kepemilikan Bandara Internasional Kualanamu beserta asetnya 100 persen tetap milik AP II.
AP II mengajak mitra strategis GMR Airports Consortium untuk mengembangkan dan mengeloka Bandara Internasional Kualanamu. GMR Airports Consortium merupakan Strategic Investor yang dimiliki oleh GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP).
Baca juga: Kemenhub Pastikan Kesiapan Mobil Listrik Hingga Bandara Ngurah Rai Jelang KTT G-20
PT Angkasa Pura II dengan GMR Airports Consortium membentuk Joint Venture Company (JVCo), yakni PT Angkasa Pura Aviasi.
Direktur Transformasi dan Portofolio Strategis AP II Armand Hermawan mengatakan kemitraan strategis tersebut bukan transaksi penjualan saham atau penjualan aset Bandara Internasional Kualanamu.
"Saat ini pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu dilakukan oleh AP II. Sejalan dengan adanya mitra strategis, pengelolaan selama 25 tahun akan dilakukan oleh AP II dan GMR melalui JVCO yang 51 persen sahamnya dimiliki AP II," ucap Armand melalui keterangannya, Jumat (26/11/2021).
Baca juga: Dukung Elektrifikasi, DFSK Gelora E Jadi Armada Mobil Listrik Damri, Ini Foto-fotonya
Armand mengungkapkan Bandara Internasional Kualanamu akan dijadikan hub penerbangan internasional khususnya di wilayah barat yang akan mendatangkan banyak penerbangan dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.
“Pada tahun 2020 jumlah pergerakan penumpang pesawat di Bandara Internasional Kualanamu sekitar 3 juta penumpang per tahun. Melalui kemitraan strategis AP II dan GMR Airports Consortium, JVco menargetkan jumlah pergerakan penumpang menjadi sekitar 54 juta penumpang per tahun di akhir Kerjasama kemitraan,” tutur Armand.
Baca juga: KSP Kawal Pembangunan Bandara Siboru di Fakfak Papua
Nantinya, menurut Armand, pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu akan kembali seluruhnya kepada AP II setelah masa kerjasama berakhir. Ia memastikan, tidak ada penjualan aset atau penjualan saham Bandara Internasional Kualanamu.
"Kepemilikan Bandara Internasional Kualanamu beserta asetnya 100 persen tetap milik AP II. JVCo hanya akan menyewa aset kepada AP II untuk dikelola selama 25 Tahun," katanya.
Setelah periode kerja sama berakhir, JVCo tidak berhak lagi mengelola Bandara Internasional Kualanamu dan semua aset hasil pengembangan akan dikembalikan kepada AP II. Kemitraan tersebut dianggap seperti perjanjian sewa menyewa dengan para tenant di terminal Bandara.
Armand menuturkan kemitraan strategis tersebut merupakan inovasi model bisnis yang menarik minat investasi pihak swasta. Tujuan dari kemitraan strategis ini adalah mengakselerasi 3E yaitu Expansion the traffic (memperluas penerbangan), Equity partnership (menambah permodalan) dan Expertise sharing (berbagi teknologi dan keahlian).
"Sehingga daya saing Bandara Internasional Kualanamu dapat lebih cepat ditingkatkan," imbuh Armand.
Sementara itu, terkait dengan Equity partnership, AP II dan GMR Airports Consortium akan berbagi pendanaan sehingga pengembangan Bandara Internasional Kualanamu dapat diakselerasi dan pengelolaan dapat menerapkan best global practice.
Mitra strategis akan menanamkan investasi sedikitnya Rp 15 triliun untuk pengembangan Bandara Internasional Kualanamu. Di samping itu, mitra strategis juga akan memberikan upfront payment kepada AP II, yang dapat digunakan bagi AP II untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan.
Direktur Operasi dan Layanan AP II Muhamad Wasid mengatakan kemitraan strategis ini juga mendatangkan Expertise sharing atau alih teknologi dan keahlian dalam pengoperasian bandara serta pelayanan kelas dunia.
“Kemitraan strategis berkontribusi dalam memberikan global best practice kepada AP II, baik itu dalam aspek operasional bandara dan penerbangan maupun layanan disamping pengembangan aktivitas ekonomi dan area komersial non-aeronautika,” jelas Muhamad Wasid.