Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen, BI Berharap Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Perry menjelaskan, mengungkapkan, ini merupakan salah satu kebijakan dari bank sentral untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan tetap mempertahankan suku bunga acuan atawa BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level terendah.
Level terendah suku bunga acuan Indonesia adalah 3,5 %.
Perry menjelaskan, mengungkapkan, ini merupakan salah satu kebijakan dari bank sentral untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik (pro growth).
Lantas, sampai kapan BI akan mempertahankan suku bunga terendahnya ini? Perry menegaskan, kalau pemulihan permintaan sudah makin mantap yang salah satu indikatornya adalah peningkatan inflasi.
Baca juga: APLN Tuntaskan Pembayaran Bunga Utang Obligasi 300 Juta Dolar AS
“Suku bunga rendah 3,5% dipertahankan sampai terjadi kenaikan inflasi,” tutur Perry dalam BIRAMA 2021 via video konferensi, Kamis (2/12/2021).
Selain dengan kebijakan suku bunga rendah tersebut, Bi juga akan menjaga stabilitas perekonomian lewat nilai tukar rupiah dan memastikan likuiditas perbankan masih longgar.
Namun, Perry tetap mengingatkan bahwa pada saatnya, bank sentral akan mengurangi penambahan likuiditas ini secara bertahap.
Pada sisi lain, Perry masih optimistis pertumbuhan ekonomi tahun 2022 lebih baik dari pertumbuhan tahun ini.
Baca juga: Jumlah Bank Perkreditan Rakyat Terus Berkurang, OJK Ungkap Faktor Penyebabnya
Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, pertumbuhan tahun 2022 berada di kisaran 4,7% yoy hingga 5,5% yoy, atau lebih tinggi dari perkiraan tahun ini yang sebesar 3,2% yoy hingga 4% yoy.
“Perbaikan pertumbuhan ekonomi ini juga seiring dengan perbaikan konsumsi rumah tangga, investasi serta ekspor,” ujar Perry dalam BIRAMA, Kamis (2/12) via video conference.
Perry juga mengungkapkan beberapa hal yang mendukung pemulihan ekonomi tahun depan, yaitu pertumbuhan kredit yang bisa mencapai 6% hingga 8% yang menunjukkan meningkatnya permintaan.
Kemudian ada juga dorongan dari ekonomi dan keuangan digital yang terus meningkat seiring dengan peningkatan digitalisasi yang pesat.
“Ini bisa mendukung pemulihan ekonomi kita di tahun depan. Seiring dengan inflasi yang masih berada di kisaran sasaran 3% yoy plus minus 1% yoy,” tandasnya. (Bidara Pink)