APJI: Pengusaha Jasa Boga Perlu Jalin Kolaborasi untuk Perluas Pasar
Model bisnis yang dapat dikembangkan oleh para pebisnis makanan dan minuman adalah menekankan pada kinerja inovasi kapabilitas dan kemitraan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI), Tahsya Megananda Yukki mengatakan, industri makanan dan minuman perlu melakukan kolaborasi untuk mengantisipasi kondisi yang penuh dengan ketidakpastian seperti sekarang,
Kolaborasi bisa dilakukan dengan sesama pebisnis makanan dan minuman untuk menarik target pasar yang lebih besar lagi.
"Pebisnis diharapkan dapat berinovasi baik dari segi pengembangan produk, marketing channel ataupun branding sehingga menjadikan bisnis makanan dan minuman kita lebih sustainable dalam masa mendatang,” kata Tahsya Megananda Yukki pada Rakerda DPD APJI DKI Jakarta seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (15/12/2021).
Ia mengatakan, APJI hadir di tengah pebisnis makanan dan minuman bukan hanya untuk mengedukasi tapi juga menciptakan support system sehingga semua pebisnis makanan dan minuman dapat bebas berkreasi dan berkolaborasi diantara sesama anggota.
Tahsya mengutip hasil penelitian oleh IPB menyatakan, model bisnis yang dapat dikembangkan oleh para pebisnis makanan dan minuman adalah menekankan pada kinerja inovasi kapabilitas dan kemitraan.
Baca juga: Aturan Impor Baru China Bikin Pusing Produsen Makanan dan Minuman
Mereka jugaperlu memperbarui sumberdaya baru dari lingkungan eksternalnya, sehingga ketika entitas pendukung dan mitra nya berkembang pakai pebisnis tersebut ikut berkembang.
Baca juga: Keluhan Petani ke Jokowi: Pada Saat Panen Bawang Putih, Impor Justru Masuk
"Alternatif lain yang sangat dibutuhkan oleh pebisnis makanan dan minuman adalah peran pihak ketiga melalui pegembangan platform yang berfungsi untuk memberdayakan pebisnis dan menciptakan inovasi dengan meningkatkan konektifitas antara stakeholders dalam ekosistem bisnis makanan dan minuman," katanya.
Baca juga: HNW Menyayangkan RUU Bank Makanan Tidak Masuk Prolegnas Prioritas
Sementara berdasarkan Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM Bersama Asosiasi Profesi Keamanan Pangan Indonesia (APKEPI), sebelum pandemi Covid-19, pola konsumsi masyarakat Indonesia adalah farm to table.
Namun dengan daya beli masyarakat yang menurun, pebisnis makanan dan minuman perlu melakukan adaptasi supaya ketahanan pangan dan sustainability lebih terasa.
"Adaptasi tersebut bisa dengan cara digitalisasi agar produsen, supplier, marketer lebih efisien dalam beroperasi karena masyarakat Indonesia sangat berhati-hati membelanjakan uang dan berhemat di tengah kondisi yang tidak menentu," katanya.