Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Analis: Rupiah Bangkit Melawan Ketidakpastian Omicron

Analis Pasar Keuangan Ariston Tjendra menuturkan nilai tukar rupiah mulai bangkit di tengah meningkatnya penularan varian B.1.1.529 atau Omicron.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
zoom-in Analis: Rupiah Bangkit Melawan Ketidakpastian Omicron
KONTAN/Carolus Agus Waluyo
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis Pasar Keuangan Ariston Tjendra menuturkan nilai tukar rupiah mulai bangkit di tengah meningkatnya penularan varian B.1.1.529 atau Omicron.

Di perdagangan pasar spot, Selasa (21/12/2021), posisi mata uang garuda Rp14.388 per dolar AS.

Rupiah menguat 14 poin atau 0,1 persen dari perdagangan sebelumnya Rp 14.402 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah Terus Menguat di Level Rp 14.335 Per Dolar AS

"Kelihatannya kekhawatiran pasar terhadap Omicron sedikit mereda. Terlihat sentimen pasar terhadap aset berisiko membaik," ucap Ariston kepada Tribun Network.

Ariston meyakini rupiah dapat bangkit melawan pukulan Omicron.

"Rupiah diproyeksi bisa ditutup menguat," tukasnya.

Berita Rekomendasi

Mata uang asing terlihat bergerak variatif di tengah merebaknya kasus Omicron.

Baca juga: Senin Sore, Kurs Rupiah Melemah 0,33 Persen ke Level Rp 14.402 per Dolar AS

Tercatat, baht Thailand melemah 0,36 persen, ringgit Malaysia menguat 0,06 persen, won Korea Selatan melemah 0,09 persen, dan yuan China menguat 0,04 persen.

Adapun peso Filipina yang menguat 0,07 persen, dan dolar Singapura melemah 0,01 persen, yen Jepang melemah 0,01 persen, dan dolar Hong Kong menguat 0,01 persen.

"Untuk jangka panjang, pasar masih mewaspadai perkembangan Omicron ini yang laju penularannya sangat cepat," urai Ariston.

Menurut Ariston, pasar masih mempertanyakan dampak negatif Omicron bagi kesehatan walaupun banyak penelitian menyebutkan dampaknya ringan, tidak sebahaya Delta.

Penemuan varian Omicron di Indonesia menjadi sentimen negatif yang menimpa rupiah.

Ia melihat hal ini telah membatasi minat investor menambah posisi baru di Indonesia.

Selain itu, pasar juga masih mewaspadai kebijakan pengetatan moneter Bank Sentral AS yang diekspektasikan menaikan suku bunga sebanyak 3 kali di 2022.

"Kenaikan suku bunga acuan AS ini akan mendorong penguatan dollar AS," lanjutnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas