Kemenperin Kembangkan Program Pendidikan Setara Diploma Satu Vokasi Industri di Morowali
Melalui Program Setara D1 ini, Kemenperin dan Pemkab Morowali ingin meningkatkan potensi pengembangan industri pengolahan logam di Kabupaten Morowali.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) melakukan penandatangan MoU dengan Pemerintah Kabupaten Morowali dalam rangka mewujudkan program Pendidikan Setara Diploma Satu Vokasi Industri.
Kerja sama bertujuan untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) industri yang kompeten dan berdaya saing.
Melalui Program Setara D1 ini, Kemenperin dan Pemkab Morowali ingin meningkatkan potensi pengembangan industri pengolahan logam di Kabupaten Morowali.
Baca juga: Cuitan Elon Musk di Twitter, Harga Paket Fitur Full Self Driving Tesla Naik Harga Jadi 12.000 Dolar
Hal ini sejalan dengan tekad pemerintah dalam menjalankan kebijakan hilirisasi industri, khususnya untuk meningkatkan nilai tambah minerba yang ada di dalam negeri.
"Kami telah melaksanakan penandatanganan MoU terkait Penyelenggaraan dan Pengembangan Program Pendidikan Setara Diploma Satu Vokasi Industri antara BPSDMI Kemenperin dengan Pemkab Morowali," ungkal Kepala BPSDMI Kemenperin Arus Gunawan, Senin (10/1/2022).
Program Setara D1 tersebut berbasis kompetensi di bidang pengolahan logam dengan menyesuaikan kebutuhan sejumlah industri di Kabupaten Morowali.
Kemenperin siap untuk terus mendukung pengembangan industri di Kabupaten Morowali, seperti yang sudah dilakukan selama ini melalui Politeknik Industri Logam Morowali yang telah menghasilkan lulusan kompeten untuk pemenuhan SDM industri di Kabupaten Morowali.
"Penyelenggaraan Program Setara D1 ini melibatkan unit pendidikan di lingkungan Kemenperin, yakni Politeknik Industri Logam Morowali, salah satu yang akan dikerjasamakan dengan Pemkab Morowali," jelas Arus.
Baca juga: SEMA Resmi Melantai di Bursa Efek Indonesia
Sebagai informasi, jumlah kebutuhan SDM industri per-tahun telah tembus di angka 682.000 orang, sedangkan jumlah rata-rata kebutuhan tenaga kerja di Kabupaten Morowali mencapai 40.000 orang per-tahun.
Kemenperin mencatat, hilirisasi industri telah berjalan di berbagai sektor, antara lain pertambangan. Contohnya di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, yang sudah berhasil melakukan hilirisasi terhadap nickel ore menjadi stainless steel.
Sebagai gambaran, harga nikel ore kalau dijual hanya sekitar 40-60 dolar AS, sedangkan ketika sudah menjadi stainless steel harganya bisa di atas 2.000 dolar AS.
Sementara itu, nilai ekspor produk dari Kawasan Industri Morowali, sudah mampu menembus 4 miliar dolar AS, baik itu pengapalan produk hot rolled coil maupun cold rolled coil ke Amerika Serikat dan China.
Kontribusi Kawasan Industri Morowali, juga diperlihatkan dari capaian investasi yang signfikan, lebih dari 5 miliar dolar AS dan jumlah penyerapan tenaga kerja melampaui 30.000 orang.
Bupati Morowali Taslim, menyampaikan kerja sama dengan Kemenperin ini ditujukan sebagai upaya untuk pengembangan potensi daerah Kabupaten Morowali secara menyeluruh, seperti sektor pengolahan logam. Pemkab Morowali berkeinginan pula untuk mengembangan Sentra IKM untuk tekstil dan pengolahan ikan roa.
"Ke depan, kerja sama yang dilakukan tidak hanya untuk penyediaan industri logam saja, tetapi juga pengembangan sentra IKM di bidang garmen dan program-program pengembangan SDM industri lainnya," tutur Taslim.