Kapitalisasi Saham Facebook Ambles 200 Miliar Dolar Gara-gara Tumbangnya Wall Street
Saham pemilik Facebook, Meta Platforms Inc yang anjlok 26 persen menjadi pemberat Nasdaq yang terjun 3,74 persen dalam sehari.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indeks saham di bursa Wall Street turun pada perdagangan Kamis (3/2/202), menghentikan reli kenaikan empat hari beruntun hingga Rabu lalu.
Saham pemilik Facebook, Meta Platforms Inc yang anjlok 26 persen menjadi pemberat Nasdaq yang terjun 3,74 persen dalam sehari.
Dow Jones Industrial Average turun 518,17 poin atau 1,45% menjadi 35.111,16. Indeks S&P 500 melorot 112,05 poin atau 2,44% menjadi 4.477,33. Nasdaq Composite terjun 538,73 poin atau 3,74% menjadi 13.878,82.
Harga saham Meta merosot 26,4%, menghapus sekitar lebih dari US$ 200 miliar dari kapitalisasi pasarnya. Induk usaha Facebook ini menyalahkan perubahan privasi Apple dan meningkatnya persaingan dari pesaing seperti TikTok karena prospeknya yang mengecewakan.
Anjloknya harga saham Meta menghilangkan 0,9% dari nilai Nasdaq dan memotong nilai gabungan S&P 500 sebesar 0,6%, menurut perhitungan Reuters.
Kedua indeks saham masing-masing, mengalami penurunan harian terburuk sejak September 2020 dan Februari 2021.
Baca juga: Saham Meta Menukik hingga 25 Persen, Kekayaan Mark Zuckerberg Lenyap Rp 431 Triliun
Saham perusahaan media sosial lainnya juga terpukul. Harga saham Twitter Inc turun 5,6%, sementara Pinterest Inc dan Snap Inc masing-masing merosot 10,3% dan 23,6% sebelum melaporkan pendapatan setelah penutupan perdagangan.
Saham teknologi besar seperti Alphabet Inc dan Microsoft Corp turun lebih dari 3%. Sementara harga saham Amazon.com Inc merosot 7,8%, sebelum dijadwalkan untuk merilis kinerja.
Baca juga: Pemerintah Harus Buat Regulasi Tentang Metaverse
"Dalam kondisi suku bunga yang meningkat, kami memperkirakan untuk melihat lebih banyak perbedaan antara nama-nama berkualitas lebih tinggi, seperti megacaps, dan nama-nama berkualitas lebih rendah yang tidak menghasilkan uang," kata Maxwell Grinacoff, US equity & derivatives strategist BNP Paribas seperti dikutip Reuters.
Perusahaan teknologi finansial menghadapi penutupan hari kedua, setelah pendapatan mengecewakan PayPal Holdings Inc pada hari Selasa menyebabkan investor mempertanyakan apakah perusahaan-perusahaan yang diuntungkan secara signifikan dari pandemi akan memiliki kinerja sesuai dengan harapan valuasi di tahun 2022.
Baca juga: Ekspansi Pasar ke Eropa, TVS Resmi Akuisisi 75 Persen Saham Swiss E-Mobility Group
Harga saham PayPal turun 6,2%, sementara rekan-rekan Block Inc, Affirm Holdings Inc, dan SoFi Technologies tergelincir antara 4,9% dan 11%.
Saham teknologi telah menikmati periode dominan di tengah suku bunga rendah. Investor mencari pertumbuhan tinggi.
Namun dengan kenaikan inflasi dan Federal Reserve AS mengisyaratkan sikap kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengendalikannya, fund manager harus menyesuaikan portofolio yang sesuai.
"Orang-orang akan mulai meningkatkan alokasi untuk menilai saham, dan untuk melakukan itu mereka harus menjual saham pertumbuhan mereka, bahkan jika harganya turun 15% hingga 30%," kata Jack Murphy, co-chief investment officer dari Easterly Investment Partners.
Menambah tekanan pasar adalah kenaikan suku bunga kedua oleh Bank of England dan poros hawkish oleh Gubernur European Central Bank Christine Lagarde.
Sementara itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun lebih dari yang diperkirakan pekan lalu karena infeksi Covid-19 mereda.
Hal ini menunjukkan bahwa perlambatan yang diantisipasi dalam pertumbuhan pekerjaan pada Januari kemungkinan bersifat sementara.
Laporan Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Sumber: Kontan