Peningkatan Kualitas SDM Salah Satu Kunci Utama Indonesia Keluar dari Middle Income Trap
Airlangga mengungkapkan, jalan Indonesia untuk lepas dari middle income trap semakin sulit karena pandemi Covid-19 yang berdampak kepada ekonomi
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia punya sederet tantangan untuk keluar dari negara dengan pendapatan kelas menengah (middle income trap) menuju negara berpendapatan tinggi (high income country).
Sebagai informasi, middle income trap adalah jebakan pendapatan kelas menengah. Secara garis besar, middle income trap adalah istilah yang mengacu pada keadaan ketika sebuah negara berhasil mencapai ke tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
Baca juga: Kasus Baru Covid-19 Melonjak, Presiden Jokowi Perintahkan Luhut dan Airlangga Evaluasi Level PPKM
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, jalan Indonesia untuk lepas dari middle income trap semakin sulit karena pandemi Covid-19 yang berdampak kepada ekonomi nasional.
Tak cuma itu, faktor lain yang paling mendasar dan menjadi penyebab terjadinya middle income trap adalah kualitas sumber daya manusia.
Dengan kata lain, SDM berkualitas menjadi kunci utama untuk mengubah Indonesia jadi negara kelas atas.
Baca juga: PMI Manufaktur di Angka 53,7, Menko Airlangga Sebut Jadi Sinyal Pemulihan Ekonomi
“Momentum pemulihan ekonomi ini perlu kita jaga dan tingkatkan bersama, sehingga kita dapat tumbuh tinggi dan keluar dari middle income trap dalam jangka menengah panjang,” ucap Airlangga dalam keterangannya, Kamis (3/2/2022).
“Reformasi struktural menjadi kuncinya, terutama dalam peningkatan kualitas SDM,” sambungnya.
Salah satu langkah awal peningkatan kualitas SDM salah satunya dengan mendorong kebiasaan membaca buku, terutama untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang berkualitas.
Baca juga: Menko Airlangga Bahas Peluang Kerja Sama dengan Duta Besar Selandia Baru
Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), tingkat literasi Indonesia perlu terus ditingkatkan karena saat ini masih menempati peringkat ke-62 dari 70 negara.
“Kondisi ini merupakan tantangan kita bersama dan salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan akses terhadap sumber bacaan berkualitas,” jelas Menko Airlangga.
Dengan akses informasi yang berkualitas, baik melalui sumber bacaan buku maupun sumber literasi lainnya, produktivitas bangsa dapat ditingkatkan.
Salah satunya dengan meningkatnya inovasi dan kreativitas untuk mendorong aktivitas kewirausahaan.
Saat ini, rasio kewirausahaan di Indonesia masih rendah, yakni sebesar 3,47 persen dari total populasi dan didominasi oleh pelaku usaha generasi muda dengan rentang usia 25-34 tahun.
Generasi muda yang berkualitas tinggi memang mempunyai peran penting dalam kemajuan kewirausahaan dan ekonomi bangsa.
Cerminan kinerja kewirausahaan Indonesia juga dapat dilihat dari kinerja UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pelaku UMKM merupakan pendorong utama bagi perekonomian, mengingat kontribusi UMKM terhadap PDB telah mencapai 61 persen dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja mencapai 97 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional.
Bahkan, total investasi di sektor UMKM telah mencapai 60 persen dari total investasi nasional, dan kontribusinya terhadap ekspor nonmigas juga cukup signifikan yakni mencapai 16 persen dari total ekspor.
“Pemerintah telah memberikan dukungan pembiayaan bagi wirausaha maupun UMKM melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Segmentasi KUR yang telah terbagi menjadi KUR Super Mikro, Mikro, dan Kecil dapat dimanfaatkan seluruh masyarakat yang membutuhkan sumber permodalan,” kata Menko Airlangga.