Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kereta Cepat Jakarta-Bandung Klaim Sudah Setor Rp 5,34 Triliun ke Penerimaan Negara

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) diklaim telah memberikan kontribusi bagi penerimaan negara, meski masih tahap pembangunan. 

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Kereta Cepat Jakarta-Bandung Klaim Sudah Setor Rp 5,34 Triliun ke Penerimaan Negara
/JEPRIMA
Pekerja saat menyelesaikan pembangunan Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Kawasan Halim, Jakarta Timur, Kamis (27/1/2022). Tunnel 1 Halim KCJB sepanjang 1.885 meter atau 1,8 kilometer yang berlokasi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 5+500. Terowongan ini melintang menembus bagian bawah Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Pembangunan proyek Tunnel 1 ini dilakukan menggunakan mesin bor atau Tunnel Boring Machine (TBM). TBM merupakan mesin bor pembuat terowongan yang didatangkan langsung dari negeri China, untuk membuat struktur Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Direktur PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi menyebut proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) telah memberikan kontribusi bagi penerimaan negara, meski masih tahap pembangunan. 

"Kontribusi KCJB untuk penerimaan negara sampai 31 Desember 2021 sudah mencapai Rp 5,34 triliun," kata Dwiyana yang ditulis Kamis (10/2/2022).

Ia merinci, Rp3,73 triliun berupa penerimaan negara dari pajak seperti setoran kewajiban pajak, dan sisanya berupa penerimaan negara bukan pajak  pembayaran penggantian PBB rumija Rp 16,9 miliar

Kemudian, pembayaran sewa BMN untuk stasiun Halim sampai 50 tahun ke depan sebesar Rp 1,16 triliun, pembayaran sewa rumija tol trase KCJB Rp 436,8 miliar.

Pekerja saat menyelesaikan pembangunan Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Kawasan Halim, Jakarta Timur, Kamis (27/1/2022). Tunnel 1 Halim KCJB sepanjang 1.885 meter atau 1,8 kilometer yang berlokasi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 5+500.  Terowongan ini melintang menembus bagian bawah Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Pembangunan proyek Tunnel 1 ini dilakukan menggunakan mesin bor atau Tunnel Boring Machine (TBM). TBM merupakan mesin bor pembuat terowongan yang didatangkan langsung dari negeri China, untuk membuat struktur Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung. Tribunnews/Jeprima
Pekerja saat menyelesaikan pembangunan Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Kawasan Halim, Jakarta Timur, Kamis (27/1/2022). Tunnel 1 Halim KCJB sepanjang 1.885 meter atau 1,8 kilometer yang berlokasi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 5+500. Terowongan ini melintang menembus bagian bawah Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Pembangunan proyek Tunnel 1 ini dilakukan menggunakan mesin bor atau Tunnel Boring Machine (TBM). TBM merupakan mesin bor pembuat terowongan yang didatangkan langsung dari negeri China, untuk membuat struktur Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung. Tribunnews/Jeprima (/JEPRIMA)

Menurutnya, kontribusi lainnya dari KCJB hingga saat ini yaitu adanya pertumbuhan ekonomi negara seperti yang tertuang dalam pre-assessment 2018-2019 yang dilakukan oleh Sucofindo sebagai Assessor.

Baca juga: Kereta Cepat Jakarta-Semarang Jadi Prioritas Kemenhub di 2022

"Pertumbuhan ekonomi tersebut bersumber dari aktivitas local purchase yang mencapai 69,70 persen dari seluruh total belanja pengadaan yang dilakukan dalam proyek KCJB," paparnya. 

Berita Rekomendasi

Mengenai Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diberikan pemerintah, kata Dwiyana, hal itu merupakan solusi yang diberikan negara berupa suntikan modal pada BUMN sponsor KCJB.

Baca juga: Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Kisaran Rp 150 Ribu Hingga Rp 350 Ribu

“Proyek KCJB, 75 persen dibiayai lewat pinjaman dari CDB, 25 persen dari ekuitas melalui PSBI 60 persen  dan BUMN China 40 persen," katanya. 

Akibat pandemi Covid-19, kata Dwiyana, empat BUMN sponsor Indonesia sampai dengan April 2021 belum bisa melakukan setoran modal secara penuh.

Hal itu membuat pemerintah memutuskan suntikan PMN kepada PT KAI yang kini menggantikan WIKA sebagai leading sponsor. 

Baca juga: Tujuh Kereta Cepat Telah Rampung Diproduksi, KCJB akan Uji Coba pada Akhir 2022

"Pada 31 Desember 2021, PT KAI telah melakukan setoran modal kepada KCIC lewat PT PSBI selaku konsorsium BUMN Indonesia untuk proyek KCJB,” ujar Dwiyana.

Pekerja saat menyelesaikan pembangunan Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Kawasan Halim, Jakarta Timur, Kamis (27/1/2022). Tunnel 1 Halim KCJB sepanjang 1.885 meter atau 1,8 kilometer yang berlokasi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 5+500.  Terowongan ini melintang menembus bagian bawah Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Pembangunan proyek Tunnel 1 ini dilakukan menggunakan mesin bor atau Tunnel Boring Machine (TBM). TBM merupakan mesin bor pembuat terowongan yang didatangkan langsung dari negeri China, untuk membuat struktur Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung. Tribunnews/Jeprima
Pekerja saat menyelesaikan pembangunan Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Kawasan Halim, Jakarta Timur, Kamis (27/1/2022). Tunnel 1 Halim KCJB sepanjang 1.885 meter atau 1,8 kilometer yang berlokasi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 5+500. Terowongan ini melintang menembus bagian bawah Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Pembangunan proyek Tunnel 1 ini dilakukan menggunakan mesin bor atau Tunnel Boring Machine (TBM). TBM merupakan mesin bor pembuat terowongan yang didatangkan langsung dari negeri China, untuk membuat struktur Tunnel 1 Kereta Cepat Jakarta Bandung. Tribunnews/Jeprima (/JEPRIMA)

Suntikan PMN kepada PT KAI tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan yang bersifat urgen dalam upaya percepatan pelaksanaan proyek, seperti pembayaran sewa BMN Rumija Tol dan penggantian PBB Jasa Marga, biaya penyambungan UJL PLN. 

Lalu, investasi untuk implementasi GSM-R, pembayaran progres pekerjaan kepada kontraktor dan konsultasi supervisi, asuransi, pajak, serta material offshore penting.

“Skema proyek tidak berubah. PMN digunakan lebih untuk kebutuhan setoran modal PT KAI ke PSBI, PSBI ke KCIC, jadi skema projectnya masih B2B tidak B2G,” papar Dwiyana. 

Mengenai cost overrun atau kelebihan biaya, Dwiyana menyebut total cost overrun yang terjadi pada project KCJB masih dalam tahap review oleh BPKP. 

“Berapa total cost overrun tersebut, belum dapat kami sampaikan karena sampai saat ini masih dalam tahap review oleh BPKP. Kami masih terus berproses menemukan biaya yang akan diefisiensikan,” ujarnya. 

Untuk menutupi cost overrun, hingga saat ini pembiayaan cost overrun diambil dari ekuiti seperti yang tertera pada kesepakatan kedua pihak.

Namun pihaknya terus melakukan simulasi terkait pendanaan untuk diusulkan kepada shareholder.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas