Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Penggunaan Gas Bumi Dinilai Lebih Hemat dibanding LPG

PGN Tbk (PGAS) menilai penggunaan jaringan gas bumi dinilai lebih hemat dan ramah lingkungan jika dibandingkan dengan LPG.

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
zoom-in Penggunaan Gas Bumi Dinilai Lebih Hemat dibanding LPG
Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Pekerja sedang melakukan pengecekan pipa gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN) di Kawasan Industri Wijaya Kusuma, Tambak Aji, dan pipa gas di kawasan Semarang Utara, Jawa Tengah 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PGN Tbk (PGAS) menilai penggunaan jaringan gas bumi dinilai lebih hemat dan ramah lingkungan jika dibandingkan dengan LPG.

Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Achmad Muchtasyar mengatakan, jika dilihat dari segi harga maka gas bumi dibandingkan dengan LPG 12 kg, di mana pengeluaran penggunaan gas bumi hanya Rp 1.688 untuk memasak air 10 liter.

Baca juga: Perluas Jaringan Gas Bumi, PGN Bidik 17.570 Pelanggan di Deli Serdang dan Medan

"Namun untuk memasak air dengan volume yang sama, memerlukan Rp2.095 menggunakan LPG 12 Kg,” papar Achmad, Sabtu (19/2/2022).

Dalam perbandingan tersebut, kata Achmad, gas bumi menggunakan harga Rp 10.000 per m3 dan LPG 12 Kg seharga 187.674 per tabung.

LPG 12 Kg dijadikan acuan, karena LPG 12 Kg bukan energi bersubsidi, sehingga perbandingannya bisa setara.

“Jargas atau citygas adalah suatu peradaban atau lifestyle, sehingga dengan adanya jargas menunjukkan peradapan yang sudah meningkat," ucapnya.

Baca juga: PGN Gandeng UGM dalam Pengembangan Kapabilitas Sektor Energi

Berita Rekomendasi

Menurutnya, dukungan dari berbagai pihak juga diperlukan bagi PGN untuk bisa merealisasikan target 4 juta SR pada 2024, seperti alokasi gas dalam jangka panjang, harga jual gas yang mencapai keekonomian, penyelarasan dengan program kompor listrik dan distribusi LPG subsidi, serta dukungan dalam kemudahan proses perijinan.

“Sebagian pandangan masyarakat, jargas itu sesuatu yang luxury, padahal jargas adalah bagian dari utility dari kebutuhan masyarakat. Tidak ada bedanya bagaimana masyarakat memerlukan listrik ataupun air," paparnya.

Tim Peneliti Pusat Studi Peningkatan Perolehan Minyak dan Gas Bumi FTKE Universitas Trisakti Andry Prima mengatakan, berdasarkan hasil penelitian terlihat sebagian masyarakat menyatakan setuju dengan instalasi gas kota asalkan mendapatkan subsidi.

Pedagang gas elpiji eceran saat merapikan tumpukan tabung gas dikios miliknya di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (8/1/2022). Harga jual Liquifed Petroleum Gas (LPG) Nonsubsidi atau LPG tabung 5 kg dan 12 kg kini mengalami kenaikkan. pemilik toko mengaku menjual Bright gas ukuran 5 kg seharga Rp90.000 yang sebelumnya ia jual jual Rp 80.000, sedangkan Bright gas ukuran 12 kg kini seharga Rp 175.000 yang sebelumnya  Rp 155.000. Tribunnews/Jeprima
Pedagang gas elpiji eceran saat merapikan tumpukan tabung gas dikios miliknya di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Sebagian lainnya menyatakan setuju, jika memang lebih murah dari pada gas tabung gas. Sehingga ada manfaat penghematan dari perubahan bahan bakar rumah tangga tersebut.

“Warga berharap bisa menghemat biaya LPG yang selama ini dipakai. Yang mereka rasakan selama ini, walaupun murah menggunakan LPG tetap berharap adanya energi yang bisa lebih ekonomis,” kata Andry.

Menurut Andry, gas kota merupakan solusi energi yang murah, sehingga dapat membantu meringankan beban ekonomi yang selama ini masyarakat rasakan.

"Dari penelitian ini, warga sudah paham akan manfaat dari gas kota," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas