Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Perang Rusia-Ukraina Sebabkan Banyak Saham Murah, Tetapi Investor di AS Lebih Hati-hati Memborong

Setelah terjun bebas karena terpengaruh invasi Rusia ke Ukraina, pasar saham Amerika Serikat (AS) kembali naik.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Perang Rusia-Ukraina Sebabkan Banyak Saham Murah, Tetapi Investor di AS Lebih Hati-hati Memborong
NYgo.com
Kawasan Wall Street di Kota New York. 

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK -- Setelah terjun bebas karena terpengaruh invasi Rusia ke Ukraina, pasar saham Amerika Serikat (AS) kembali naik.

Meski demikian, para investor masih hati-hati untuk membeli saham-saham yang kini harganya cukup murah.

Kewaspadaan para investor tersebut karena mereka menganggap pengaruh perang Rusia-Ukraina berbeda dengan pandemi yang sudah mulai terkendali.

Bagi mereka, penurunan saham yang terjadi saat awal pandemi, merupakan kesempatan untuk mendapatkan saham murah dan akan cuan saat pasar kembali bergerak naik.

Baca juga: Nanotech Indonesia Global Siap Lepas 29,99 Persen Saham Lewat IPO

Namun, memborong harga saham yang jatuh saat invasi negeri Beruang merah ke Ukraina tersebut sulit diprediksi dan risikonya cukup besar.

Risikonya lebih besar jika investor melakukan taruhan karena pasar tengah dihadapkan juga dengan konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan sikap The Fed yang lebih hawkish (liar).

Indeks S&P 500 melonjak lebih dari 6% dari posisi terendahnya pada Kamis dan ditutup lebih tinggi pada minggu lalu setelah investor mengikuti penurunan tajam menyusul invansi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Pengaruhi Saham Asia dan Harga Minyak

Berita Rekomendasi

Investor sedang mempersiapkan lebih banyak rotasi dalam harga aset setelah negara Barat mengumumkan serangkaian sanksi keras terhadap Rusia atas invansinya ke Ukraina, termasuk memblokir beberapa bank dari sistem pembayaran SWIFT.

Di permukaan, rebound mingga lalu meyerupai pantulan sebelumnya yang dialami indeks lebih dari 200% dalam pergerakan selama satu dekade terakhir. Dengan kenaikan sebesar itu maka membeli saat harga turun telah jadi strategi kemenangan.

Namun, perlu diingat para investor pemburu barang murah selama dua tahun terakhir masih mendapat keuntungan kebijakan moneter yang longgar dari The Fed. Sementara saat ini mereka menghadapi ketidakpastian geopolitik dan rencana The Fed menghentikan kebijakan longgarnya untuk melawan inflasi.

Baca juga: IHSG di Sesi I Terperosok ke Level 6.807, Investor Asing Borong Saham Hingga Rp 592 Miliar

"Investor dilatih untuk beli di saat turun karena mereka dapat dukungan dari The Fed. Tetapi sekarang kasusnya beda, ada satu peristiwa geopolitik yang paling signifikan selama satu dekade terakhir dan dukungan The Fed juga tidak di sisi anda," kata Burns McKinney, Manager Portofolio Senior NFJ Investment Group dikutip Reuters, Senin (28/2/2022).

Banyak yang memperkirakan ketegangan geopolitik akan terus mengganggu pasar karena implikasi dari perang di Ukraina menjadi lebih jelas.

Kyle Bass, Kepala Investasi Hedge Fund Hayman Capital Management, menyakini investor masih belum memperhitungkan semua kemungkinan hasil yang dapat dihasilkan dari invasi Rusia ke Ukraina, termasuk konflik berkepanjangan yang membebani pertumbuhan global dan mengirim inflasi lebih tinggi mendorong harga komoditas.

"Ini akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik. Manajer aset tidak memiliki hasil ini dalam bidang kemungkinan mereka," katanya.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas