Serangan ke Ukraina Bikin Harga Komoditas Rusia Meroket, Termasuk Emas
Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, ketika Rusia memulai serangan ke Ukraina, terjadi kenaikan beberapa komoditas utama dunia.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, ketika Rusia memulai serangan ke Ukraina, terjadi kenaikan beberapa komoditas utama dunia.
Aluminium dan nikel meroket di dekat level tertinggi multi-tahun, di mana Rusia memproduksi sekira 6 persen aluminium dunia dan 7 persen dari nikel dunia.
Kemudian, paladium naik lebih dari 5 persen mendekati tingkat tertinggi enam bulan, didorong kekhawatiran pukulan terhadap pasokan dari produsen utama Rusia.
Baca juga: 40 Persen Gas Alam Eropa Dipasok Rusia, Ini Jalurnya
"Emas juga menguat di atas level kunci 1.900 dolar Amerika Serikat (AS) setelah Ukraina mengumumkan keadaan darurat. Rusia adalah produsen emas terbesar ketiga di dunia," ujar Hans dalam risetnya, Senin (28/2/2022).
Lebih lanjut, Nornickel raksasa tambang Rusia, merupakan produsen utama paladium dan platinum, di mana keduanya digunakan dalam catalytic converter untuk membersihkan asap knalpot mobil.
Rusia memproduksi 2,6 juta troy ounce paladium tahun lalu, atau 40 persen dari produksi tambang global, dan 641.000 ounce platinum, atau sekitar 10 persen dari total produksi tambang.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Tewaskan 352 Warga Sipil, Termasuk 14 Anak-anak
Sementara, gandum berjangka Chicago melesat ke puncak lebih dari sembilan tahun, dan jagung mencapai level tertinggi baru delapan bulan karena ancaman pasokan.
"Selain itu, kedelai berjangka reli ke puncak sembilan setengah tahun. Ada ancaman pasokan minyak bunga matahari, sehingga berpotensi meningkatkan permintaan bagi minyak nabati lainnya, termasuk soyoil," pungkas Hans.