Mafindo: Masyarakat Harus Waspadai Maraknya Kasus Phising
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mengingatkan akan masih banyak penipuan lewat platform digital (online).
Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mengingatkan akan masih banyak penipuan lewat platform digital (online).
Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho, mengatakan mendapatkan link hadiah, voucher secara tiba-tiba dari WhatsApp, SMS atau email hati-hati jangan diklik, bisa jadi itu adalah phising, atau penipuan online.
"Kalau terlalu indah menjadi kenyataan, hati-hati. Kita tidak pernah ngapa-ngapain tiba tiba-tiba dapat hadiah," kata Septiaji Eko Nugroho, Minggu (27/2/2022).
Dia mengatakan Mafindo setiap minggu mendapatkan laporan penipuan.
Septiaji mengatakan laporan tersebut tidak pernah berhenti, masih ada terus setiap minggunya artinya masih banyak korban-korban yang tertipu.
Seperti diberitakan, Kaspersky mencatat ada 1,6 juta upaya phishing terjadi di Asia Tenggara pada Januari-Juni 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 749,9 ribu kasus terjadi di Indonesia.
Phishing merupakan salah satu teknik dari social engineering yang banyak digunakan oleh para peretas untuk mengelabui korban.
Baca juga: Mengenal Kejahatan Phising di Dunia Maya, Ketahui Ciri, Jenis dan Tips Menghindarinya
Peretas mengirimkan sebuah tautan dengan judul yang menarik untuk dibuka oleh korban, biasanya berkaitan dengan hadiah, voucher, diskon, dll.
Link tersebut mengarahkan pada diunduhnya program berbahaya. Program ini dapat secara otomatis bekerja di komputer korban dan mencuri kredensial, password, akun, informasi kartu kredit, dan lainnya.
Baca juga: Platform E-commerce dan Fintech Sering Jadi Incaran Phising Para Hacker
"Kalau mendapat SMS atau WhatsApp dari promosi perusahaan, nomornya pasti berbeda bukan nomor biasa," ungkapnya
Dia melanjutkan bila masyarakat masih penasaran apakah hal tersebut benar atau tidak, bisa dilihat dari website resmi perusahaan atau bisa bertanya melalui akun sosial media mereka sebelum link tersebut di-klik.
Dia menyarankan agar para korban melaporkan, dan berani berbicara.
Di sisi lain dia melihat bahwa literasi digital masyarakat masih rendah. "Ini merupakan kewajiban kita bersama agar untuk mengedukasi masyarakat," kata dia.
Baca juga: Aksi Phising dan Tag Akun Porno Marak di Facebook, Pakar Keamanan Siber Ungkap Penyebabnya
Maraknya penipuan atau penyalahgunaan informasi yang beredar luas di masyarakat disikapi oleh Corporate Secretary BRI, Aestika Oryza Gunarto.
Dia mengungkapkan bahwa BRI hanya menggunakan saluran resmi melalui website dalam mengkomunikasikan berbagai informasi dan program resmi BRI.
Sedangkan saluran social media resmi verified atau bercentang biru dapat diakses oleh masyarakat secara luas.
BRI mengimbau kepada nasabahnya agar mereka tidak memberikan data pribadi maupun data perbankan yang diminta oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab melalui website atau tautan palsu (bodong) yang mengatasnamakan BRI
Aestika juga mengimbau bahwa nasabah BRI agar lebih berhati-hati dan tidak mudah percaya atas tautan yang diterima melalui pesan berjaring di smartphone.