Survei Sun Life: 97 Persen Pelaku Bisnis Kecil dan Menengah Berdaptasi di Tengah Pandemi
Survei terbaru Sun Life Indonesia menunjukkan, sebanyak 95 persen mengharapkan peningkatan finansial pada bisnis mereka di 2022.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dua tahun pasca pandemi, pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia optimis akan kemajuan ekonomi dan peluang pertumbuhan bisnis di 2022.
Tahun ini, pelaku usaha berencana untuk memperluas bisnis, meski banyak di antara mereka yang belum memiliki proteksi dari sejumlah risiko yang tengah dihadapi. Hal ini terungkap dari ‘Indeks Pertumbuhan Bisnis dan Resiliensi’ yang diluncurkan Sun Life baru-baru ini.
Indeks tersebut berdasarkan survei yang dilakukan Sun Life kepada sekitar 2.400 pemilik usaha kecil dan menengah di 7 wilayah Asia, yakni Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam pada 2021.
Dalam survei ini, sebanyak 354 pemilik bisnis di Indonesia yang menjadi responden memberikan jawabannya. Berikut rincian temuannya:
- Sebanyak 95 persen mengharapkan peningkatan finansial pada bisnis mereka di 2022, dan 90% mengharapkan situasi ekonomi nasional membaik.
- Sebanyak 94 persen memiliki rencana untuk memperluas atau menumbuhkan bisnis mereka di 2022, dengan rencana terbanyak berupa: memperluas produk/layanan yang ditawarkan (53%), digitalisasi untuk menumbuhkan bisnis (47%), mempekerjakan karyawan baru (29%), serta memperluas industri bisnis (31%).
- Sebanyak 52 persen responden melaporkan bahwa pandemi berdampak negatif pada bisnis mereka. Meski demikian, 31% menyatakan bisnis mereka justru mengalami pertumbuhan selama pandemi.
- Sebanyak 97 persen melakukan adaptasi pada strategi bisnis yang diterapkan untuk bertahan selama pandemi, termasuk menambahkan metode baru pada jalur distribusi (61%), memvirtualisasikan bisnis mereka (61%), dan menawarkan produk baru (39%).
- Pandemi dan risiko kesehatan lainnya (59%), penurunan permintaan (52%), dan meningkatnya pajak atau kebijakan terkait (50%) menjadi 3 risiko teratas yang dihadapi pelaku UKM.
Baca juga: OJK: Sengketa Pemegang Polis Unit Link Asuransi Kelar Lewat Jalur LAPS SJK
Mengomentari temuan riset ini, Elin Waty, Presiden Direktur Sun Life Indonesia mengatakan, pandemi menghadirkan tantangan yang luar biasa bagi pelaku usaha selama 2 tahun terakhir.
"Kami sangat senang melihat bagimana para pemilik bisnis saat ini melihat prospek yang lebih positif di 2022,” ungkap Elin Waty.
Dia mengatakan, Indeks Pertumbuhan Bisnis dan Resiliensi kami hadirkan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terkait seberapa percaya diri para pelaku bisnis terhadap prospek pertumbuhan dan resiliensi bisnis mereka di masa yang penuh ketidakpastian seperti saat ini.
Baca juga: Riset YouGov: Masyarakat Masih Suka Padukan Investasi dan Proteksi Lewat Unitlink
"Laporan ini juga menemukan bahwa pelaku UKM memiliki tingkat optimisme yang positif terhadap peluang pertumbuhan yang lebih baik tahun ini, namun diimbangi dengan pemahaman bahwa mereka masih memiliki sejumlah risiko, terutama yang dipicu oleh pandemi," ungkapnya.
Baca juga: Industri Asuransi Coba Bertahan saat Pandemi, Masyarakat Semakin Sadar soal Proteksi Kesehatan
"Inilah mengapa, perencanaan keuangan dan proteksi menjadi aspek yang penting dimiliki, sebagai bagian dari upaya meningkatkan daya resiliensi bagi para pelaku bisnis,” tambah Elin.
Indeks Pertumbuhan menunjukkan optimisme
Indeks Pertumbuhan Bisnis dan Resiliensi dari Sun Life menganilisis sentimen dari pemilik bisnis terhadap situasi ekonomi secara umum, serta kondisi finansial dan rencana pertumbuhan pada 2022.
Laporan ini menemukan bahwa pemilik bisnis di Indonesia optimis akan prospek pertumbuhan di 2022, dengan skor 76 dari 100 – lebih tinggi dibanding skor rata-rata Asia yang berada di angka 65.
Indeks Resiliensi
Indeks Resiliensi Sun Life didasarkan pada persepsi pemilik bisnis terhadap 15 risiko bisnis dan kesiapan mereka untuk menghadapinya.
Laporan ini menemukan bahwa pemilik bisnis di Indonesia memiliki batas resiliensi dengan skor 60 dari 100 – lebih tinggi dibanding skor rata-rata Asia (55).
Survei ini menunjukkan bahwa risiko pandemi dan berbagai ancaman terkait kesehatan menjadi tantangan terberat yang tengah dihadapi para pemilik bisnis di Indonesia.
Sayangnya, banyak di antara mereka yang belum dilengkapi dengan instrumen mitigasi risiko, untuk membangun resiliensi terhadap berbagai risiko kesehatan.
Hanya 61 persen responden yang memiliki asuransi kesehatan dan kecelakaan personal, 36% memiliki asuransi kesehatan dan kecelakaan untuk karyawan, dan hanya 18% memiliki asuransi sebagai key man dalam perusahaan.
“Banyak pelaku usaha kecil dan menengah yang masih menghadapi kesenjangan terhadap perlindungan dari risiko kesehatan," ujar Elin.
"Mengambil aksi nyata untuk memitigasi dampak dari risiko kesehatan menjadi upaya yang perlu dilakukan untuk membangun resiliensi yang lebih kuat pada keberlangsungan bisnis, serta memberikan keamanan dan ketenangan lebih bagi pemiliki usaha dan karyawan," ungkapnya.
Dia menegaskan, kecermatan dalam meminimalisir risiko penting untuk dilakukan oleh para pelaku bisnis. Sun Proteksi Cermat hadir sebagai salah satu solusi perlindungan yang dihadirkan Sun Life.
Melalui produk ini, nasabah hanya perlu menabung dalam bentuk premi selama 3 tahun untuk mendapatkan manfaat proteksi selama 10 tahun.
Produk ini juga memberikan kepastian bagi nasabah untuk menerima kembali 100% total premi yang dibayarkan – baik dalam bentuk manfaat meninggal dunia, maupun pengembalian premi jika tertanggung masih hidup hingga masa pertanggungan berakhir.
Dengan demikian, pelaku bisnis dapat lebih siap menghadapi berbagai risiko, dengan memastikan diri dan orang terkasih tetap terlindungi.
Inovasi membantu mengatasi tantangan bisnis
Laporan survei Sun Life mendapati, pandemi Covid 19 memiliki dampak yang berbeda pada bisnis UKM. Sementara sekitar lebih dari setengah responden melaporkan bahwa bisnis mereka mengalami dampak negatif akibat pandemi, hampir sepertiga responden mengaku mengalami pertumbuhan positif selama pandemi.
Pemilik bisnis yang mengalami pertumbuhan positif umumnya melakukan strategi inovasi dan adaptasi, di antaranya dengan menambahkan metode distribusi baru, memvirtualisasikan bisnis mereka, serta menawarkan produk/layanan baru.
“Hasil survei menunjukkan bahwa adaptasi dan inovasi memainkan peran penting dalam membantu bisnis menangkap peluang baru di situasi yang penuh ketidakpastian, dan digitalisasi menjadi inti dari strategi yang diterapkan UKM,” ungkap Elin.
Sumber: Kompas.com