Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kampanye Negatif Sawit RI Tidak Menghambat Investor Asing Beli Saham Perkebunan

Hendra menjelaskan, kampanye negatif memang masih menjadi tantangan perusahaan perkebunan karena isu ini terus dipelihara di luar negeri.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kampanye Negatif Sawit RI Tidak Menghambat Investor Asing Beli Saham Perkebunan
TRIBUNNEWS/Jeprima
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kampanye negatif Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya asal Indonesia di Eropa tidak menjadi penghambat investor asing untuk membeli saham emiten perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Hal itu dikatakan Vice President Brokerage Strategic Development PT Henan Putihrai Hendra Martono kepada wartawan, Jumat (1/4/2022).

“Investor Asing tetap masuk, kalau menjanjikan keuntungan ya tetap masuk," jelas Hendra.

Baca juga: Temukan Penyelewengan Minyak Goreng Curah? Bisa Laporkan ke Portal Ini

Ia mengatakan bahwa pada dasarnya karakter investor asing sama saja dengan investor domestik.

Ketimbang kampanye hitam, investor lebih fokus pada prediksi dan rencana kerja perusahaan untuk calon emiten pendatang baru dan pergerakan saham selama jam-jam transaksi untuk saham yang sudah listing.

Hendra menjelaskan, kampanye negatif memang masih menjadi tantangan perusahaan perkebunan karena isu ini terus dipelihara di luar negeri.

Baca juga: Warga Kota Batu Jatim Antre Minyak Goreng Harga Rp 14 Ribu

BERITA REKOMENDASI

Namun, ia menilai persoalan itu akan dapat diatasi jika perusahaan dapat menjelaskan dan menunjukkan aktivitas bisnis berkelanjutan dan kinerja keuangan positif dari tahun ke tahun.

Apalagi, saat ini banyak kalangan yang telah menyadari bahwa kampanye negatif banyak dipengaruhi oleh persaingan usaha di bisnis minyak nabati yang tidak sehat alias ada kepentingan produsen minyak nabati di negara lain.

Posisi industri sawit rawan dipojokkan dengan isu lingkungan oleh pihak-pihak tertentu.

Di sisi lain, lanjutnya, untuk saham baru IPO sebaiknya melihat dulu pergerakan saham di awal transaksi minimal 30 hari perdagangan setelah listing.

Baca juga: GoTo Dikabarkan Pasang Harga IPO Rp 338 per Saham, Ini Kata Analis

Setelah ada pergerakan saham secara teknikal, akan lebih mudah untuk memprediksi arah pergerakan saham baik untuk transaksi jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang.


“Kalau saya tunggu sampai minimal 30 candle. Kalau kurang dari itu ya bisa juga, tetapi trading kilat saja. Jadi transaksilah setelah chart sudah terbentuk. Ini di luar bicara fundamental karena soal fundamental sangat sulit," ujarnya.

Komisaris PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) Robiyanto mengatakan, besarnya prospek bisnis kelapa sawit di Indonesia mendorong perusahaan perkebunan terus meningkatkan kapasitas bisnis melalui rencana melepas saham perdana ke publik (IPO).

Pada tahun ini NSS mematok target perolehan dana dari kegiatan penawaran umum saham perdana ke publik sekitar Rp 1,5 triliun.

“NSS berkomitmen mengelola sumber daya alam milik Indonesia semaksimal mungkin agar bermanfaat bagi masyarakat di dalam negeri, sejalan dengan kebijakan pemerintah,” imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas