Prof Emil Salim Singgung Sri Mulyani dan Menteri ESDM Soal Energi Kotor
Justru Indonesia memilih target 2060 untuk mencapai net zero emission, sehingga menurutnya itu jauh dari sasaran negara-negara lain.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ekonom senior dan tokoh lingkungan hidup Prof Emil Salim mengatakan, Indonesia tidak mengambil 2050 sebagai ambang tahun sasaran untuk mencapai net zero emission atau nol emisi bersih.
Justru Indonesia memilih target 2060 untuk mencapai net zero emission, sehingga menurutnya itu jauh dari sasaran negara-negara lain.
"Terbukti bahwa kebijakan energi Indonesia masih bergantung terhadap fossil fuel, masih bergantung terhadap energi kotor. Keputusan dari menteri ESDM pada 2021 dalam keputusan menterinya, memberikan referensi pembangunan listrik PLTU berdasarkan batu bara," ujarnya dalam acara Kompas Talks bersama Greenpeace "Peluang Pendanaan dalam Implementasi Ekonomi Hijau", Selasa (5/4/2022).
Baca juga: Prof Emil Salim: Ekonomi Hijau Bikin Lingkungan Indonesia Bersih
Emil menjelaskan, batu bara ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) diberi harga subsidi menjadi hanya 70 dolar Amerika Serikat (AS).
"Karena itu, eksportir bisa ekspor dengan syarat menjual batu bara untuk PLTU, jadi kebijakan energi kita masih mendorong batu bara. Kemudian, menteri keuangan di dalam kebijakannya pada 2019, masih berikan insentif lebih besar ke energi kotor daripada yang bersih," katanya.
Baca juga: Dukungan Orangtua dan Perhatian Lingkungan Bikin Anak Down Syndrome Bahagia, Bahkan Berkarya
Saat itu, kebijakan tax holiday atau libur pajak diberikan ke investor yang menanamkan modalnya memakai sumber-sumber energi fosil yang dinilainya kotor.
"Ke energi kotor, tidak diberikan ke energi matahari. Jika pemerintah belum memberikan prakarsa, bagaimana masyarakat Indonesia mau maju," pungkas Emil.