Menperin Optimistis PMI Manufaktur Terus Melaju Ekspansif
Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia masih berada di tahap ekspansif
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia masih berada di tahap ekspansif atau level di atas 50 pada bulan Mei nanti.
Hal ini terlihat dari berbagai upaya sektor industri manufaktur di tanah air yang saat ini semakin bergeliat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor, seiring dengan permintaan yang terus meningkat.
“PMI manufaktur kita masih berada di tahap ekspansif itu merupakan suatu upaya yang sangat baik dan patut kita apresiasi, apalagi di tengah kondisi global yang sekarang lagi tidak menentu atau cukup berat tantangannya,” ujar Menperin di Jakarta, Senin (11/4/2022).
Baca juga: Menperin Larang Industri Pakai Solar Bersubsidi, Pelanggar Bakal Ditindak Tegas
Merujuk laporan S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia pada Maret berada di posisi 51,3 atau naik dibanding bulan sebelumnya di level 51,2. PMI Manufaktur Indonesia pada Maret tersebut mampu melampaui PMI Manufaktur Korea Selatan (51,2), Malaysia (49,6), China (48,1), dan Rusia (44,1).
Menperin menjelaskan, hasil survei PMI manufaktur Indonesia menjadi salah satu dasar untuk membuat strategi atau kebijakan pemerintah ke depannya.
“Dengan situasi saat ini, misalnya inflasi dari sejumlah negara, kemudian kelangkaan stok atau pasokan bahan baku, itu sangat berpengaruh terhadap kinerja industri kita,” tuturnya.
Baca juga: Libatkan Lembaga Independen, Kemenperin Pastikan Program Restrukturisasi Mesin TPT Transparan
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian bertekad untuk fokus menjaga ketersediaan pasokan bahan baku di sektor industri manufaktur sehingga produktivitasnya tetap berjalan baik. “Terlebih lagi, adanya perang antara Rusia dan Ukraina, juga turut memengaruhi, karena pasokan dari mereka sekitar 30-40 persen,” ungkapnya.
Menanggapi hasil PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Maret, Jingyi Pan selaku Economics Associate Director IHS Markit menyampaikan, meski kenaikan output dan pesanan baru terlihat melambat karena menghadapi dampak Covid-19 yang masih ada, kepercayaan bisnis semakin meningkat tajam di antara perusahaan manufaktur Indonesia di tengah gelombang virus terkini yang mulai mereda.
“Sangat penting untuk mengamati apakah sentimen positif berarti pertumbuhan produksi yang lebih baik pada bulan-bulan mendatang. Selain itu, berita baiknya adalah kondisi ketenagakerjaan membaik pada bulan Maret, karena perusahaan tetap percaya diri dalam memperbesar kapasitas tenaga kerja mereka, untuk menampung persyaratan produksi berkelanjutan dan yang akan datang,” paparnya.