Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Imbas Invasi Rusia, 7 Crazy Rich Ukraina Ini Kehilangan Kekayaan Rp 170 Triliun

perkiraan kekayaan gabungan para miliarder ini setelah terdampak perang bernilai 11,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 170 triliun.

Editor: Sanusi
zoom-in Imbas Invasi Rusia, 7 Crazy Rich Ukraina Ini Kehilangan Kekayaan Rp 170 Triliun
Kompas.com
Presiden FC Shakhtar Rinat Akhmetov menghadiri sesi latihan timnya di Donetsk pada 12 Februari 2013, sehari sebelum pertandingan sepak bola Liga Champions melawan juara Jerman Borussia Dortmund. (ALEXANDER KHUDOTEPLY) 

TRIBUNNEWS.COM - Invasi Rusia telah menelan ribuan korban jiwa serta menghancurkan beberapa kota terbesar di Ukraina.

Infrastruktur dan industri negara turut terdampak, yang sebagian besar di antaranya merupakan milik para miliuner Ukraina.

Aset-aset mereka di industri mulai dari baja, batu bara, hingga pertambangan dan perbankan mengalami kerusakan yang masif, sehingga secara signifikan juga menghilangkan sebagian kekayaan mereka.

Baca juga: Pacu Laju Ekonomi, Rusia Tingkatkan Kuota Ekspor Pupuk Hingga 700 Ribu Ton di Akhir Mei

Dikutip dari Forbes, perkiraan kekayaan gabungan para miliarder ini setelah terdampak perang bernilai 11,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 170 triliun.

Secara kolektif, jumlah kekayaan ini turun 9,7 miliar dolar AS atau 45 persen dari tahun lalu, tepat sebelum invasi Rusia dimulai pada 28 Februari.

Baca juga: Dampak Perang, Ekspor RI dengan Rusia dan Ukraina Anjlok

Berikut adalah daftar crazy rich Ukraina dan jumlah penurunan kekayaannya setelah terjadinya invasi Rusia:

1. Rinat Akhmetov

Berita Rekomendasi

Kekayaan bersih: 4,2 miliar dolar AS

Sumber kekayaan: baja, batu bara

Perubahan sejak invasi: -4,3 miliar dolar AS

Rinat memiliki saham di beberapa perusahaan industri. Kepemilikan terbesarnya adalah perusahaan pertambangan dan baja Metinvest Group, salah satu perusahaan swasta terbesar di Ukraina. Pabrik Metinvest berada di kota Mariupol yang terkepung dan mengalami kerusakan akibat serangan Rusia.

Akhirnya, perusahaan mengumumkan force majeure pada 28 Februari. Pada 31 Maret, Akhmetov menyatakan bahwa perusahaan akan mengajukan tuntutan hukum terhadap Rusia, atas kerusakan yang terkait dengan invasi.

Holding terbesar milik Akhmetov berikutnya adalah perusahaan energi DTEK, yang menyediakan sekitar 30 persen listrik Ukraina sebelum perang dari campuran bahan bakar fosil dan energi terbarukan. DTEK terkena serangan dua hari sebelum perang, ketika salah satu pembangkit listrik tenaga batu bara di wilayah timur Luhansk dibom pada 22 Februari.

2. Victor Pinchuk

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas