Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Jokowi Bilang Mudik Tahun Ini Akan Macet Parah, Warga Diminta Berangkat Sebelum 28 April

Akan ada 23 juta mobil dan 17 juta sepeda motor yang akan digunakan oleh pemudik di musim mudik Lebaran 1443 Hijriah kali ini.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Jokowi Bilang Mudik Tahun Ini Akan Macet Parah, Warga Diminta Berangkat Sebelum 28 April
Tribunnews/Irwan Rismawan
Sejumlah kendaraan mengantre karena adanya pos penyekatan mudik di Tol Jakarta-Cikampek KM 31, Cikarang, Jawa Barat, Kamis (6/5/2021) dini hari. Akibat adanya penyekatan pemudik di KM 31 Cikarang tersebut menyebabkan kemacetan yang panjang. Tribunnews/Irwan Rismawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survei Kementerian Perhubungan menyebutkan akan ada 23 juta mobil dan 17 juta sepeda motor yang akan digunakan oleh pemudik di musim mudik Lebaran 1443 Hijriah kali ini.

Menurut Presiden Joko Widodo(Jokowi), angka tersebut terhitung sangat besar. Sehingga diperkirakan akan terjadi kemacetan parah.

"Karena itu saya mengajak masyarakat untuk menghindari puncak arus mudik tanggal 28,29 dan 30 April 2022," ujarnya pada konferensi pers virtual, Senin (18/4/2022).

Untuk mengantisipasi risiko macet panjang, pemerintah telah menyiapkan rekayasa lalu lintas melalui aturan ganjil genap. Selain itu juga akan ada pemberlakuan satu arah atau one way hingga larangan truk masuk jalan tol.

"Untuk itu, saya mengajak masyarakat untuk mudik lebih awal. Tentu saja menyesuaikan dengan jadwal libur dari tempat bekerja," kata Jokowi.

Dia mengimbau pada masyarakat untuk jangan lupa mematuhi protokol kesehatan. Utamanya memakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak.

Baca juga: Bus Angkutan Mudik dan Pengemudinya Harus Sehat

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah telah memberikan libur cuti massal bagi ASN dan masyarakat.

Berita Rekomendasi

Airlangga menyebut, cuti massal ini dapat dimanfaatkan untuk masyarakat untuk mudik Lebaran.

Baca juga: Harga Tiket Mudik Lebaran PO Agra Mas Lebaran 2022, Termurah Rp 200.000 Termahal Rp 620.000

Dia memperkirakan, ada sekitar 80 juta masyarakat akan mudik pada Idul Fitri 1443 H. "Berdasarkan survei yang dilakukan, yang akan mudik lebih dari 80 juta orang," kata Airlangga.

Ketua Umum Partai Golkar ini juga menyebut, ada sekitar 14 juta warga Jabodetabek akan mudik. Tujuan mudik masyarakat, kata Airlangga, adalah wilayah Jawa Tengah.

Baca juga: Ada Promo Diskon 60 Persen Tiket Kereta Lebaran dari PT KAI, Cek Tanggal dan Rutenya

Sehingga, Airlangga memprediksi akan terjadi kemacetan yang luar biasa di arus mudik tahun 2022 ini.

"Dari Jabodetabek saja 14 juta dan tujuan mudik yang pertama adalah Jawa Tengah. Jadi kira-kira kita paham apa yang terjadi dan kemacetan akan jadi hal yang luar biasa," jelas Airlangga.

Sementara itu, Ahli Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menilai potensi peningkatan kasus pascamudik tentu tetap ada.

Baca juga: PO Sumber Alam Kerahkan 50 Armada Bus untuk Antar Pemudik Pulang Kampung

"Karena bagaimanapun pun kita masih memiliki populasi yang rawan dan belum memiliki imunitas. Dan jumlah nya itu kurang lebih 20 persen," papar Dicky.

Populasi yang rawan baik pada mereka belum bisa divaksin, dan tidak ingin divaksin. Termasuk juga pada kelompok yang mengalami penurunan efektifitas dari imunitas.

Baik setelah terinfeksi dan divaksinasi Covid-19. Dengan jumlah proporsi 20 persen ini kata Dicky tentu bukan jumlah yang kecil.

Baca juga: Bukan Kelas Eksekutif Abal-abal, Haji Haryanto Siapkan 250 Bus untuk Arus Mudik Lebaran Ini

Apalagi jika merujuk pada jumlah populasi Indonesia yang mendekati hingga 300 juta. Jumlah 20 persen ini mungkin sudah melebihi populasi Singapura, Kamboja, atau beberapa negara kecil di ASEAN.

"Ini tentu juga membawa kerawanan sendiri," kata Dicky. Khususnya yang bukan daerah aglomerasi ada potensi, sehingga harus memiliki mitigasi.

Tidak hanya mitigasi saat mendekati mudik atau arus balik saja. Sebelum dicapai 90 persen penduduk terproteksi minimal dua dosis minimal dan 50 persen untuk dosis ketiga, maka upaya mitigasi menjadi penting.

"Karena menginjak tahun ketiga, kelompok rawan 20 persen mengerucut ke kelompok yang benar-benar rawan. Mereka bisa saja orang lanjut usia, komorbid, termasuk anak-anak bawah lima tahun," tegas Dicky.

Kelompok ini, ketika masyarakat umum abai dan terpapar, mereka bisa berkontribusi pada beban fasilitas kesehatan maupun dalam bentuk fatalitas. Ini yang terjadi dalam level global.(Tribun Network/ais/yud/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas