Saat Pandemi Saham-saham Ini Jadi Raja, Kini Mulai Berguguran
Pada saat pandemi Covid-19 melanda, sejumlah perusahaan berbasis teknologi merajai perdagangan saham Amerika Serikat.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA -- Pada saat pandemi Covid-19 melanda, sejumlah perusahaan berbasis teknologi merajai perdagangan saham Amerika Serikat.
Namun, kini setelah wabah mulai surut saham-saham di bursa AS yang juara kala itu mulai tak bertenaga.
Wall Street tampaknya mulai meninggalkan layanan streaming dan pemenang pandemi lainnya.
Contohnya, miliarder William Ackman yang menjual seluruh sahamnya dari Netflix senilai US$ 1,1 miliar setelah merugi US$ 400 juta.
Baca juga: Dalam Sepekan Total Net Buy Investor Asing di Bursa Mencapai 18,6 Triliun
Memang, saham Netflix telah anjlok 37%, sementara valuasinya telah turun dua pertiga dari puncaknya lebih dari US$ 300 miliar akhir tahun lalu
Adapun hal tersebut salah satunya dikarenakan oleh jumlah pelanggan Netflix yang berkurang hingga 200.000 pelanggan, pertama dalam satu dekade terakhir.
Laporan buruk serta aksi jual tersebut pun turut berdampak pada saham penyedia layanan streaming lainnya.
Misalnya, Walt Disney yang turun 5,8%, Paramount Global turun 8,1%, Warner Bros Discovery turun 5,2% dan Roku kehilangan 5,8%.
Padahal, saham Disney juga sempat merasakan masa kejayaan saat layanan streaming videonya Disney+ diluncurkan pada 2019, sekaligus membantu operator taman hiburan mengatasi penutupan terkait pandemi.
Namun, setelah mencapai puncaknya setahun yang lalu, saham Disney terus melemah dan sekarang diperdagangkan pada level di bawah saat Disney+ diluncurkan.
Baca juga: Sempat Bergejolak, IHSG Hari Ini Ditutup Naik ke 7.227, Investor Beli Bersih Rp 832 Miliar
Di sisi lain, kapitalisasi pasar Netflix sejauh ini yang terkecil di antara apa yang disebut kelompok saham FAANG mencapai sekitar US$ 100 miliar.
Kelompok saham FAANG mencakup Meta Platforms, Amazon, Apple dan Alphabet yang memicu sebagian besar reli Wall Street di tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19
Pemilik Facebook, Meta Platforms menjadi perusahaan FAANG yang paling tidak bernilai berikutnya, bernilai sekitar US$ 550 miliar, dengan sahamnya turun sekitar 7%.
Jim Bianco, presiden firma riset pasar keuangan Bianco Research di Chicago pun mengatakan bahwa manajer portofolio yang fokus pada saham dengan pertumbuhan tinggi dengan valuasi mahal dapat secara refleks mengambil saham Netflix yang sangat didiskon, mengesampingkan tantangan perusahaan yang semakin sulit dengan kejenuhan pasar, berbagi kata sandi, dan ketidakpastian di pasar seperti Ukraina dan Rusia.
Baca juga: 10 Indeks Sektoral Bawa IHSG Hari Ini Anjlok 1,05 Persen ke Level 7.199