Harga Bahan Pokok Saat Momen Idulfitri Dinilai Cukup Terkendali, ke Depan Bakal Melandai
Harga bahan pokok (bapok) selama momen Idulfitri 2022 dinilai masih cukup terkedali, yang terlihat dari indikator harga pangan strategis.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga bahan pokok (bapok) selama Idul Fitri 1443 H atau 2022 Masehi dinilai masih cukup terkedali, yang terlihat dari indikator harga pangan strategis.
Berdasar pantauan Kementerian Perdagangan pada 5 Mei 2022, harga beragam bapok mengalami penurunan tipis dibanding sehari sebelumnya.
Misalnya, harga daging sapi paha belakang yang turun 0,77 persen menjadi Rp142.600 per kg, dan daging ayam ras turun 0,98 persen menjadi Rp40.400 per kg.
Kemudian, cabai merah besar turun 4,24 persen menjadi Rp40.400 per kg, cabai merah keriting turun 5,47 persen menjadi Rp46.700 per kg, dan cabai rawit merah turun 4,92 persen menjadi Rp50.200 per kg.
Sementara bawang merah juga turun 1,83 persen menjadi Rp37.500 per kg, serta bawang putih honan turun 0,98 persen menjadi Rp30.400 per kg.
"Saya kira, ini bisa menunjukkan bahwa ketersediaan suplai bisa mengimbangi meningkatnya permintaan atau demand yang terjadi di bulan Ramadan dan juga periode lebaran," kata Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet yang ditulis Senin (9/5/2022).
Rendy menyebut, sebenarnya manajemen stok bapok tersebut memang tidak bisa disamaratakan bagus pada momen ini, karena komoditas pangan spesifik seperti minyak goreng yang masih berada pada tren harga relatif tinggi.
"Terutama untuk minyak goreng dalam bentuk kemasan atau bermerek. Minyak goreng harganya relatif masih tinggi sepanjang Ramadan," ujarnya.
Secara keseluruhan, Rendy memprediksi, ke depan harga komoditas pangan di dalam negeri akan melandai secara bertahap, seiring normalisasi permintaan bahan pokok karena berakhirnya momentum Ramadan.
Sementara untuk minyak goreng, dinamika harganya akan ditentukan seberapa optimal kebijakan pengelolaan tata niaga komoditas tersebut, termasuk di dalamnya kebijakan larangan ekspor CPO dan produk turunannya beberapa waktu lalu.
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebijakan ini adalah ketidakpatuhan oleh oknum tertentu atas pengaturan dalam kebijakan ini.
"Hal ini perlu diantisipasi dengan mengitensifikan proses pengawasan CPO di hulu," paparnya.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, sebelumnya juga menegaskan, pihaknya berupaya keras menstabilkan harga bapok dan pasokannya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengingatkan, agar pemerintah segera mempersiapkan dan mengantisipasi ketersediaan pasokan bapok di pasar pasca Idulfitri, sekaligus fokus pada upaya distribusi secara merata di pasar.
Reynaldi berharap adanya upaya pemerintah, utamanya Kemendag terhadap proses pendistribusian pasokan bapok.
Dirinya mengingatkan, kesalahan pada upaya ini bakal membuat lonjakan, bahkan disparitas harga yang cukup tinggi pada komoditas pangan ke depan.
"Seperti minyak goreng kemasan harganya Rp23.000 per liter, (padahal) minyak goreng curah ditetapkan pemerintah Rp14.000 per liter, ini jauh terpautnya. Maka, ketersediaan (bapok) ini jadi penting," papar Reynaldi.