Ekonom: Lawatan Jokowi ke Amerika Serikat Harus Berbuah Manis
Piter menuturkan bahwa semakin besar investasi yang direalisasikan sebagai tindak lanjut maka semakin besar dampak ekonomi yang bisa diperhitungkan
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan lawatan rombongan Presiden Joko Widodo ke Washington DC, Amerika Serikat (AS) harus berbuah manis.
Jokowi hadir dalam pertemuan ASEAN-US Special Summit di Washington DC, 12-13 Mei 2022.
"Kalau hanya pertemuan, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya, sama saja zonk," kata Piter saat dihubungi Tribun, Kamis (12/5/2022).
Baca juga: Presiden Jokowi akan Hadiri Pertemuan dengan Kongres AS hingga Presiden Biden
Menurutnya, rencana pertemuan dengan sejumlah CEO termasuk di antaranya Elon Musk adalah langkah yang patut didukung.
Piter menilai pemerintahan Jokowi sangat optimistis bisa menarik investasi baru ke RI.
"Kita harapkan akan benar-benar ada tindak lanjutnya. Ada investasi yang benar-benar masuk," lanjut Piter.
Lebih lanjut, Piter menuturkan bahwa semakin besar investasi yang direalisasikan sebagai tindak lanjut maka semakin besar dampak ekonomi yang bisa diperhitungkan di dalam negeri.
Sejauh ini, imbuhnya, belum ada angka pasti yang dapat dihitung karena baru sebatas pertemuan.
"Saya kira sulit mengukur manfaat ekonominya kalau hanya dari pertemuan itu. Dampaknya baru akan terjadi apabila pertemuan tersebut benar-benar diikuti dengan realisasi program dan investasi," tukasnya.
Baca juga: Penjelasan Kemlu Soal Jokowi yang Tak Disambut Pejabat AS Saat Tiba di Washington
Sementara Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan kunjungan Presiden Jokowi akan membahas negosiasi undangan KTT G20 terhadap Rusia.
Ia menyebut pemerintah AS sangat bersikeras menolak Rusia diundang dalam KTT G20.
"Jadi menurut saya manfaat ekonomi RI sangat tergantung dengan deal politik terkait G20 ini," tutur Nailul.
Disamping itu, peneliti muda ini menilai ekonomi global masih dalam kondisi ketidakpastian sehingga bukan hal mudah menarik investasi masuk ke Indonesia.