Di Lumajang, Menjual dan Memotong Sapi Harus Pakai Rekomendasi Dokter Hewan
Dalam dua minggu terakhir, jumlah sapi di Kabupaten Lumajang yang terpapar penyakit mulut dan kuku bikin geleng-geleng kepala.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, LUMAJANG - Peternak sapi di Lumajang dibayang-bayangi risiko penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang belakangan muncul di beberapa daerah di Jawa Timur.
Sebagian peternak yang mendapati sapinya bergejala PMK memilih memotongnya sapi lebih cepat.
Mereka khawatir, jika sapinya mati akan menanggung kerugian besar. Dalam dua minggu terakhir, jumlah sapi yang terpapar bikin geleng-geleng kepala.
Data terbaru Dinas Pertanian ada 494 ekor sapi yang terjangkit wabah PMK.
Dari ratusan sapi itu dikabarkan ada 9 ekor yang tak bisa diobati. Sembilan ekor sapi itu dilaporkan mati. Kabar kematian sapi ini tentu saja langsung tersebar di kalangan peternak.
Apalagi dengan rumor PMK bisa mengakibatkan sapi mati mendadak, cukup banyak peternak memilih solusi alternatif.
Baca juga: Cegah Tertular PMK, Sapi Asal Kupang Tidak Diturunkan di Tanjung Perak
Sapi dalam kondisi sakit sengaja disembelih lebih cepat. Peternak takut jika sapinya mati mendadak karena serangan penyakit ini.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengaku prihatin pilihan peternak terlalu gegabah menyembelih sapi yang terjangkit PMK.
Baca juga: 6 Ekor Sapi di Lampung Positif Mengidap Penyakit Mulut dan Kaki
Menurutnya virus ini bisa diobati. Caranya, jika peternak mendapati sapinya terpapar PMK harus segera melaporkan ke perangkat desa.
Dengan begitu, peternak bisa mendapat obat antibiotik yang bisa diberikan ke sapi.
"Ojo kesusu (jangan gegabah) membuat keputusan menjual atau memotong sapi. Jual atau potong sapi harus ada rekomendasi dokter hewan," kata Thoriq.
Dia meminta agar peternak selalu telaten merawat sapi jika sudah dalam kondisi terinfeksi PMK.
Penyembuhan bisa lebih cepat jika peternak rutin memberi sapi dengan asupan empon-empon.
Berikutnya, sapi sakit harus dikarantina. Sementara, saat sapi sudah sakit tidak usah dibawa ke pasar hewan karena sangat berisiko, sebab penularan PMK bisa melalui udara, air liur, atau kotoran sapi.
"Pemilik sapi yang di kandangnya ada yang sakit, atau kandang sapi tetangganya ada yang sakit, untuk sementara tidak membawa sapi ke pasar hewan," pungkasnya.
Penulis: Tony Hermawan | Sumber: Surya