Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Wakil Menteri Perdagangan: Dukung UMKM dengan Percepat Ekosistem Digital

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga akan terus mendorong program digitalisasi dalam sistem perdagangan.

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Wakil Menteri Perdagangan: Dukung UMKM dengan Percepat Ekosistem Digital
ist
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dalam webinar Tribun Series 'Dengan Bangga Buatan Indonesia, UMKM Bangka Belitung dan Ekonomi Indonesia Bangkit', Rabu (18/5/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga akan terus mendorong program digitalisasi dalam sistem perdagangan.

Jerry juga mengatakan, digitalisasi harus menjadi hal yang wajib diadopsi para pelaku dunia usaha khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pasalnya, aktivitas perdagangan berbasis digital akan meningkatan transaksi para pelaku UMKM.

Apalagi, UMKM punya peranan penting sebagai pilar perdagangan ekonomi Indonesia. Menurut data yang ada, lebih kurang 90 persen perekonomian nasional merasakan dampak positif dari berkembanganya UMKM.

Baca juga: Wamendag Tegaskan Kontinuitas Aspek Penting Jaga Persaingan Perdagangan Global

Hal itu disampaikan Wamendag Jerry dalam webinar Tribun Series bertema 'Dengan Bangga Buatan Indonesia, UMKM Bangka Belitung dan Ekonomi Indonesia Bangkit', Rabu (18/5/2022).

"Lapangan kerja yang diciptakan UMKM juga sangat besar, karena itu kita ingin mempercepat ekosistem digitalnyamempercepat ekosistem digitalnya," kata Jerry.

Jerry pun memproyeksikan sebanyak 30 juta UMKM bisa onboarding ke ekosistem digital di tahun 2030. Maka, dari itu, pihaknya akan segera membentuk ekosistem digital yang bisa mendung para UMKM, ke depannya.

Wamendag juga akan mencoba menggandeng market place, perbankan hingga BUMN untuk terus mengembangkan ekosistem digital bagi pelaku UMKM.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dalam webinar Tribun Series 'Dengan Bangga Buatan Indonesia, UMKM Bangka Belitung dan Ekonomi Indonesia Bangkit', Rabu (18/5/2022).
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dalam webinar Tribun Series 'Dengan Bangga Buatan Indonesia, UMKM Bangka Belitung dan Ekonomi Indonesia Bangkit', Rabu (18/5/2022). (ist)
Berita Rekomendasi

"Contohnya seperti warung digital, lalu pelaku uUMKM yang tentunya banyak dilakukan oleh para pedagang lokal. Saya lihat terahir juga para pedagang lokal yang sudah aktif dalam on boarding UMKM digital, program digital dari Kemendag," terangnya.

Berikut peryataan lengkap Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga saat sesi tanya jawab dengan Direktur Pemberitaan Tribunnetwork Febby Mahendra Putra dalam webinar Tribun Series bertema 'Dengan Bangga Buatan Indonesia, UMKM Bangka Belitung dan Ekonomi Indonesia Bangkit'.

Pak Wamen, Bisa dijelaskan kepada kita semua, dari UMKM yang mengikuti acara kita, apa yang akan, sedang dan akan dilakukan oleh Kemedag terutama untuk membantu UMKM tetap survive dan menembus pasar ekspor?

Tadi sudah disampaikan cukup lengkap oleh Pak Wakil Bupati. Kami menambahkan mungkin dari sisi apa yang dilakukan oleh Kemendag selama ini dan juga yang akan datang. Kami banyak fokus mungkin dibeberapa hal yang terkait dengan digitalisasi.

Baca juga: Tahun 2030, Wamendag Proyeksikan 30 Juta UMKM Onboarding ke Ekosistem Digital

Digitalisasi dan juga produk on board yang kita siapkan untuk bisa menambah side up digitalisasi dan juga tentunya menyangkut transaksi dan pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh Kemendag.

Kami menyadari betul bahwa yang namanya digitalisasi salah satu bentuk inovasi dan cara-cara kita melakukan aktifitas perdagangan kedepan. Dan tentunya kita ingin memastikan digitalisasi ini merambah sampai ke UMKM.

Karena kami sadar betul yang namanya UMKM ini kan menjadi salah satu pilar perdagangan dan ekonomi Indonesia. Kurang lebih hampir mencapai 90 persen itu mendapatkan dampak positif dari perdagangan UMKM. karena kenapa, karena bisa penyerapan tenaga kerja dan seterusnya.

Nah dengan itu, kami ingin membentuk ekosistem digitalnya. Dan saya pikir, kita memproyeksikan kalau kita lihat dari data UMKM yang kami terima per Desmeber 2021 itu mencapai 17,25 juta. Dimana nanti di tahun 2030 kita proyeksikan bisa mencapai 30 juta UMKM yang on boarding digital.

Kalau itu, saya pikir ini menjadikan salah satu momen bagaimana kami nanti dalam kegiatan yang kami lakukan dukungangan dan support yang kami lakukan dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GERNAS BBI) di Kepulauan Bangsa Belitung tepatnya di Belitung.

Nanti itu akan kita akan mencoba menggandeng, dan membuka dan memecingkan dengan teman-teman di market place, retail, perbankan, BUMN, Himbara dan seterusnya dan sampai juga kegiatan-kegiatan yang sifatnya itu banyak juga bersinggungan dengan validisasi-validasi bantuan sarana perdagangan.

Baca juga: Selain Digitalisasi, Cara Konvensional juga Perlu untuk Pasarkan Produk UMKM Lokal

Contohnya seperti warung digital, lalu pelaku UMKM yang tentunya banyak dilakukan oleh para pendagang lokal. Saya lihat terahir juga para pedagang lokal yang sudah aktif dalam on boarding UMKM digital, program digital dari Kemendag.

Selain itu, kami juga nanti di dalam kegiatan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GERNAS BBI), targetnya juga mengekspos apa yang bisa ditonjolkan dari kearifan lokal termasuk Belitung dan nanti juga ada pelepasan ekspor, nanti ada fashion show dan juga hal-hal lain seperti fun run dll.

Saya pikir ini yang bisa memberikan pesan sekaligus kepada kita, yang namanya UMKM itu adalah salah satu produk yang bisa diunggulkan. Salah satu yang diunggulkan dan sesuai dengan namanya, bangsa buatan Indonesia. Sebetulnya kita tidak hanya bangga, tapi juga harus beli, gunakan barang kita, kita konsumsi dan apapun yang bisa kita dukung.

Sebagai contoh, saya hari ini kebetulan lagi di luar, tapi tetap saya pakai produk-produk Indonesia. Contohnya ini, jam tangan yang saya pakai.

Ini bagus jam produk UMKM siap ekpor dan juga ini produk Indonesia 100 persen. Kalau model ini dari Jabar. Jam ini, bisa dijadikan cindramata untuk G20 di Bali di Labuanbajo.

Jadi ini maksud saya, salah bentuk kita berkomitmen, mulai dari kita, kita menunjukan bagaimana kita sehari-hari memakai sebagai rutinitas. Kita harus bisa lakukan untuk mendukung keberpihakan terhadap produk-produk UMKM.

Baca juga: Wamendag Optimistis Aktivitas Perdagangan ke Depan Berbasis Digital

Saya tentunya mengucapkan terima kasih kepada pemerintahan provinsi/kabupaten daerah khususnya teman-teman pemerintah di Bangka Belitung yang sudah bahu-membahu bekerjasama dengan pusat ya, tidak hanya dari Kemendag, ini lintas kementerian baik dari Marves (Kemenko Marves) dan lintas lain-lain. Sudah sama-sama memberikan banyak kontibusi terhadap pengembangan UMKM di daerah-daerah di Indonesia.

Banyak pertanyaan Pak Wamen, tadi kepingin agar UMKM ini semua masuk ke dalam digital community atau komunitas digital. Pak Wamen bisa ceritakan, sebenarnya kendalanya apa masuk ke market place? Apakah infrastruktur langit kita sudah cukup?

Jadi, mungkin dua. Pertama adalah soal infrastruktur digital kita. Memang tidak dipungkiri bahwa masih banyak tantangan untuk kita bisa mewujudkan ekosistim untuk perdagangan digital.

Karena kalau kita bicara digital kita bicara salah satu yang menjadi isunya adalah jaringan. Contoh yang paling sederhana, misalnya kita mulai dari alat pembayaran, misalnya kita mau melakukan pembayaran tidak melalui cash.

Dimana, kami kemendag sudah banyak turun di pasar-pasar tradisional, pasar becek memulai di lapak-lapak transaksi dengan menggunakan cash less. Nah itu kan, menggunakan internet jaringan yang kadang kala di beberapa titik masih belum maksimal.

Sehingga itu menjadi tantangan untuk kita semua. Saya pikir ini kerja kita semua untuk bisa memastikan misalnya yang paling sederhana jaringan itu di daerah-daerah dititik-titik itu bisa di optimalkan. Itu tidak hanya dari pusat tapi daerahnya, pusat tidak hanya dari Kemendag, tapi juga lintas kementerian misal Kominfo.

Kedua, mungkin kita bisa bicara dari sisi suplay. Kuantitas. Karena begini, banyak misalnya contoh, produk UMKM atau tidak hanya UMKM pada dasarnya produk-produk yang ingin mencoba berpartisipasi di pasar market place atau mungkin digital, mungkin terkendala dari sisi jumlah.

Misalnya contoh, mau jual barang sekian banyak untuk 1 -2 hari ada, tapi untuk selanjutnya bulan kedepan, bulan-bulan kedepan agak sulit terkendala. Padahal mungkin permintannya banyak.

Mungkin salah satu yang menjadi tantangan ya, sehingga kita juga harus melihat ini sebagai salah satu, kita mesti optimalkan dari sisi kuantitas. Karena kalau kita bicara perdagangan itu kan kuantitas, kualitas dan kontinuitas.

Jadi artinya tidak cukup hanya sekali tetapi sering, harus terus menerus diupayakan supaya barangnya itu bisa tetap ada dan jual.

Nah, ini yang kadang kala di paltform digital mereka maunya cepat, ini kan sangat perputarannya boleh saya bilang aktifitasnya ini tidak terbatas oleh waktu. Misalanya, dimanapun bisa dibeli. Nah tergantung dari bagaimana kecepatan dan kesiapqn dari pada pelaku pedagang kita untuk bisa mengantisiapasi hal tersebut.

Nah ini tantangan lah. Saya pikir ini sudah banyak hal-hal yang sudah dilakukan oleh pelaku UMKM kita dan menunjukan banyak kemajuan. Terbukti dengan banyaknya pelatihan dan pendampingan yang kita lakukan.

Kami di Kemendag, secara rutin kita disana ada namanya pusat pendidikan pelatihan ekspor Indonesia, itu banyak planing dan juga pelatihan yang diberikan oleh Kemendag melalui balai tersebut yang diperuntukan untuk para pelaku langsung.

Tetapi selain dari itu, kita juga ada ekspor keliling di beberapa kota, dan kami juga punya FTA Center, yang fungsinya itu memberikan banyak pemahanan dan sosialisasi hasil-hasil dari perundingan perjanjian dagang yang banyak keuntungan untuk para pelaku pegadang UMKM.

Baca juga: Wamendag Tegaskan Kontinuitas Aspek Penting Jaga Persaingan Perdagangan Global

Banyak sekali yang kami sinergikan dan kami kontribusikan untuk kemajuan UMKM di daerah-daerah. Dan ini menjadi cikal bakal pilar bagi para pelaku UMKM kita khususnya dalam rangka untuk memajukan kekuatan produk-produk Indonesia.

Beberapa waktu lalu kita melakukan dialog dengan Pak Hartono Susanto, CEO Inakor di Korea Selatan. Salah satu diaspora kita yang banyak membantu UMKM kita di Korsel. Beliau bilang banyak produk Indonesia nggak masuk ke Korsel, seperti telor asin, ayam tidak bisa masuk.

Apa yang perlu kita lakukan agar barang kita bisa masuk, seperti juga produk-produk tetangga-tetangga kita yang bisa masuk ke Korsel, Malaysia, Singapura. Karena warga kita disana cukup banyak, banyak warga negara yang barang kali bisa mengkonsumsi juga bisa memasarkan produk kita?

Jadi kebetulan memang setiap negara memiliki ketentuan yang berbeda. Saya musti cek dulu yang di Korsel seperti apa, tekait dengan telur asin. Saya mesti cek. Kebetulan kita punya perwakilan di Korsel.

Pada prinsipnya memang karena setiap negara ketentuan berbeda, memang contoh misalnya faktor sertifikasi dan juga higenitas. Karena banyak negara tidak hanya Korsel, di Tiongkok kan kita salah satu eksportir sarang burung, ter-the best di dunia. Tapi ada kendala untuk ekpor kesana karena mereka menerapkan sertifikasi yang agak sedikit komplek atau agak sedikit rumit. Sehingga eksportir sarang burung wallet ini bisa diekspor kesana.

Ini berkiatan memang tidak hanya soal sterilisasi dan juga sertifikasi, tapi juga bea cukainya. Jadi dalam contoh China. Kalau Korsel nanti saya pastikan dulu karena saya juga harus memastikan cas nya. Karena yang saya harus pahami karena ketentuan-ketentuan dari negara itu tidak terlalu sama.

Baca juga: Tahun 2030, Wamendag Proyeksikan 30 Juta UMKM Onboarding ke Ekosistem Digital

Maka berkaitan lebih kepada standarisasi produk. Misalnya di Singapura, tidak semua bahan makanan pangan mereka bisa side dari Indonesia atau negara lain. Karena beda bahan baku, beda pangannya, beda produknya, beda juga standar penilainannya.

Nah ini mungkin menjadi salah satu tantantangan. Tapi Kemendag sebagai salah satu ujung tombak kita, kita punya perwakilan dagang, kita punya di 46 perwakilan diseluruh dunia. Pejabat atase perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) ini terletak diseluruh kota-kota stategis yang bukan Ibukota. Sebagai contoh kalau Jepang ada di Osaka, kalau Amerika itu di Chicago.

Mereka-meraka ini lah yang menjadi ujung tombak melakukan bisnis maping dan menjawab tantangan-tantangan dan isu-isu yang ada seperti disebutkan tadi.

Kalau memang tidak terpetakan kita akan coba followup melalui perwakilan kita yang ada. (tribun network/yuda).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas