Dampak Inflasi dan Perang Ukraina, Pertumbuhan Ekonomi India Berada di Level Terendah
Pertumbuhan ekonomi India merosot ke level terendah dalam tiga bulan pertama di tahun ini.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Pertumbuhan ekonomi India merosot ke level terendah dalam tiga bulan pertama di tahun ini. Hal itu disebabkan oleh melemahnya permintaan konsumen di tengah kenaikan harga, yang membuat tugas bank sentral negaranya untuk menjinakkan inflasi menjadi lebih sulit.
Melansir dari Aljazeera, menurut data pemerintah India yang dirilis pada Selasa (31/5/2022) kemarin, menunjukkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,1 persen year-on-year (yoy) pada bulan Januari hingga Maret 2022, sejalan dengan perkiraan para ekonom di jajak pendapat Reuters yaitu sebesar 4 persen.
Baca juga: Tingkatkan Produksi Mobil Listrik, Tata Motors Akuisisi Pabrik Ford di India
Namun PDB di tiga bulan pertama 2022 ini, berada di bawah pertumbuhan 5,4 persen pada periode Oktober hingga Desember 2021, dan pertumbuhan 8,4 persen pada periode Juli hingga September 2021.
Prospek ekonomi jangka pendek India semakin redup, yang dipengaruhi oleh lonjakan inflasi ritel pada bulan April lalu sebesar 7,8 persen, yang mencapai level tertinggi dalam delapan tahun terakhir. Kenaikan harga energi dan pangan yang diperparah konflik Ukraina juga menekan aktivitas ekonomi di India.
Kepala penasihat ekonomi di kementerian keuangan India, V Anantha Nageswaran memperkirakan inflasi di India akan tetap tinggi.
“Tekanan inflasi akan tetap tinggi,” kata V Anantha Nageswaran.
Baca juga: Rusia Kini Kuasai 70 Persen Kota Utama Ukraina, Evakuasi dan Distribusi Bantuan Dihentikan
Naiknya harga energi dan pangan juga mempengaruhi daya beli konsumen India. Pada periode Januari hingga Maret tahun ini, daya beli masyarakat India turun menjadi 1,8 persen dari tahun sebelumnya.
Seorang ekonom di perusahaan keuangan Elara Capital, Garima Kapoor mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi global, kenaikan harga energi, siklus kenaikan suku bunga, akan menjadi hambatan utama pertumbuhan ekonomi India.
Kapoor merivisi perkiraan pertumbuhan ekonomi tahunan India untuk tahun ini menjadi 7,5 persen, dari perkiraan sebelumnya sebesar 7,8 persen.
Pemerintah India juga merevisi perkiraan produk domestik bruto tahunan untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret, dengan memprediksi pertumbuhan sebesar 8,7 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu 8,9 persen.
Melemahnya permintaan
Para ekonom mengatakan, turunnya permintaan konsumen dan melemahnya aktivitas manufaktur di India telah menjadi perhatian utama.
Nilai tukar rupee India terhadap dolar AS yang mengalami penurunan pada tahun ini, juga membuat harga barang-barang impor menjadi lebih mahal, mendorong pemerintah federal untuk membatasi eskpor gandum dan gula serta mengeluarkan kebijakan untuk memotong pajak bahan bakar.
Ekonom utama di perusahaan jasa keuangan HDFC Bank, Sakshi Gupta mengatakan tekanan inflasi yang meningkat akan menyulitkan pemulihan daya beli konsumen di India.
“Dengan meningkatnya tekanan inflasi, pemulihan konsumsi tetap di bawah awan ketidakpastian untuk 2022-2023.” kata Sakshi Gupta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.