Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonomi Sri Lanka Terhenti Setelah Pasokan Bahan Bakar Mengering

Aktivitas perekonomian Sri Lanka hampir terhenti setelah negara tersebut kehabisan stok bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ekonomi Sri Lanka Terhenti Setelah Pasokan Bahan Bakar Mengering
AFP/ISHARA S. KODIKARA
Pengendara mengantre untuk membeli bahan bakar di stasiun bahan bakar Ceylon Petroleum Corporation di Kolombo pada 2 Mei 2022. - Pemogokan oleh pemilik tanker bahan bakar selama akhir pekan memperbaharui antrean panjang di Sri Lanka untuk solar dan bensin pada 2 Mei karena pompa kering, peracikan krisis ekonomi dan energi negara kepulauan itu. (Photo by ISHARA S. KODIKARA / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Aktivitas perekonomian Sri Lanka hampir terhenti setelah negara tersebut kehabisan stok bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi.

Dikutip dari moneyweb.co.za, Sabtu (18/6/2022) Pemerintah Sri Lanka mengumumkan hari Jumat (17/6) sebagai hari libur bagi kantor-kantor publik dan sekolah untuk membatasi pergerakan kendaraan,

Sementara itu, ribuan kendaraan mengantre hingga berkilo-kilometer saat para pengemudi menunggu SPBU diisi ulang.

Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera mengatakan, Ceylon Petroleum Corp yang dikelola negara belum menerima tender untuk stok bahan bakar baru karena pemasok terhalang oleh pembayaran yang belum dibayar.

Baca juga: Stok BBM di Sri Lanka Semakin Menipis, Persediaan Hanya Cukup untuk Lima Hari

“Sri Lanka telah berkomunikasi dengan beberapa perusahaan dan negara lain, termasuk Rusia untuk mengimpor bahan bakar kendaraan melalui jalur kredit baru senilai 500 juta dolar AS.” kata Wijesekera

Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka telah menimbulkan aksi protes selama beberapa bulan terakhir dan menuntut pencopotan Presiden Gotabaya Rajapaksa serta anggota keluarganya dari pemerintah.

Berita Rekomendasi

“Negara ini akan membutuhkan sekitar 6 miliar dolar AS bantuan dari Dana Moneter Internasional dan negara lain termasuk India dan China, untuk mengatasi krisis ekonomi selama enam bulan ke depan.” kata Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe.

Otoritas lokal Sri Lanka sedang mengupayakan dana talangan dengan IMF untuk mendapatkan sumber pendanaan baru lainnya.

Ekonomi Sri Lanka kemungkinan mengalami kontraksi pada kuartal pertama, dihantam oleh protes publik, ketidakstabilan politik, harga komoditas yang tinggi, dan gangguan rantai pasokan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas