Marak Modus Soceng, Masyarakat Diimbau Tak Ragu Pastikan ke Pihak Bank
Pelaku menyamar menjadi pihak resmi jasa keuangan atau e-commerce dan menjebak korban agar memberikan data pribadi, data akun dan data finansial.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Social engineering atau soceng jadi salah satu modus penipuan yang marak belakangan ini.
Pelaku menyamar menjadi pihak resmi jasa keuangan atau e-commerce dan menjebak korban agar memberikan data pribadi, data akun dan data finansial.
Ketika sudah mendapatkan data, pelaku menguras isi rekening korban dengan waktu kurang dari lima menit.
“Masyarakat jangan menghiraukan pesan yang menyaru sebagai pihak bank, padahal sejatinya komplotan jahat yang ingin menguras rekening,” ujar Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho yang ditulis Sabtu (18/6/2022).
Menurutnya, masyarakat yang menggunakan dompet dan bank digital harus mengetahui prinsip keamanan digital supaya tidak menjadi korban kejahatan, seperti pengambilalihan rekening melalui phising dan social engineering.
Baca juga: Penipuan Terkait Layanan Perbankan Kian Marak, BCA Ungkap Tips Untuk Menghindarinya
“Ketika ragu, pastikan menanyakan langsung kepada pihak bank, baik ke kantor cabang, melalui hotline resmi, atau mengirim pesan melalui akun media sosial resmi bank yang sudah centang biru,” papar Aji.
Mengutip dari postingan Instagram Otoritas Jasa Keuangan (OJK) @ojkindonesia, data-data yang diincar oleh pelaku kejahatan soceng biasanya adalah username, password, nomor kartu kredit atau debit, kode PIN ATM, dan kode OTP.
Berikut ini adalah modus soceng atau begal rekening yang perlu diwaspadai :
1. Info Perubahan Tarif Transfer
Di mana penipu berpura-pura sebagai pegawai bank dan menyampaikan informasi perubahan tarif transfer bank kepada korban. Selanjutnya, penipu meminta korban mengisi link formulir yang meminta data pribadi seperti PIN, OTP, dan password.
2. Tawaran Menjadi Nasabah Prioritas
Penipu juga berusaha menjerat korbannya dengan menawarkan meningkatkan status nasabah menjadi prioritas. Tawaran itu termasuk dengan banyak rayuan promosi yang ditawarkan.
Pada modus ini, penipu meminta data pribadi korbannya mulai dari nomor kartu ATM, PIN, OTP, nomor CVV/CVC dan password.
Baca juga: BCA Tanggapi Kasus Penipuan Berkedok BCA Prioritas dari Iklan Palsu, Nasabah Rugi Ratusan Juta
3. Akun Layanan Konsumen Palsu
Akun media sosial palsu yang mengatasnamakan bank. Akun biasanya muncul ketika ada nasabah yang menyampaikan keluhan terkait layanan perbankan.
Selanjutnya, pelaku akan menawarkan bantuan untuk menyelesaikan keluhannya dengan mengarahkan ke website palsu pelaku atau meminta nasabah memberikan data pribadinya.
4. Tawaran Menjadi Agen Laku Pandai
Saat ini juga terdapat akun di sosial media yang menawarkan menjadi agen laku pandai bank tanpa persyaratan rumit. Pelaku akan meminta korban mentransfer sejumlah uang untuk mendapatkan mesin EDC.