Ekspor Sawit Kembali Dibuka, NSS Tetap Prioritaskan Kebutuhan Pasar Domestik
PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) fokus menyediakan minyak sawit untuk kebutuhan pasar dalam negeri. Meskipun keran ekspor sudah dibuka
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Direktur Utama PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) Kurniadi Patriawan mengatakan, perusahaan masih fokus menyediakan minyak sawit untuk kebutuhan pasar dalam negeri.
Hal itu menyusul kembali dibukanya keran ekspor sawit ke luar negeri.
"Selagi masih ada perkembangan di dalam negeri, kami akan mengutamakan dalam negeri,” kata Kurniadi kepada wartawan, Sabtu (18/6/2022).
Baca juga: Potensi IPO Perusahaan Sawit Semakin Besar Setelah Keran Ekspor CPO Dibuka
“Industri makanan, minyak goreng, dan biodiesel itu marketnya masih sangat luar biasa di dalam negeri. Selama itu bisa mendukung, kami akan support dalam negeri," sambungnya.
Pada tahun 2021, Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) memiliki lahan sekitar 26,231 hektare dan sedang dalam proses pengembangan lahan plasma fase 1 seluas 2.500 hektare hingga tahun 2024.
Rata-rata umur tanaman baru sekitar 7 tahun, sehingga masa produksi tanaman masing sangat panjang.
Perusahaan, jelasnya, juga memiliki satu pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 60 ton per jam saat ini.
Kurniadi menambahkan setelah IPO, NSS menargetkan untuk mengembangkan lahan inti siap tanam seluas 20.000 hektare dan lahan plasma seluas 9,500 hektare serta membangun 4 pabrik baru sehingga kapasitas produksi meningkat menjadi 270 ton per jam dari saat ini sekitar 60 ton per jam.
Dengan pengembangan kapasitas bisnis ini, produksi tahunan ditargetkan meningkat menjadi di atas 23 ton per ha/tahun.
Baca juga: Rencana Luhut Memindahkan Kantor Perusahaan Sawit ke RI Dinilai Bukan Hal Fundamental
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 20 persen sudah relatif ideal.
Karena diperkirakan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan baku minyak goreng di dalam negeri.
"Dari sisi produsen tidak terlalu memberatkan bagi produsen untuk menyisihkan 20 persen untuk domestik. Sebanyak 80 persen sisanya bisa untuk ekspor," jelas Nailul.
Dia mengatakan, produsen minyak sawit sangat menyambut baik kebijakan pemerintah menerapkan mekanisme pasar untuk harga CPO karena memang harga minyak sawit dan turunannya sedang naik di pasar internasional.
"Artinya produsen sawit bisa meraup keuntungan yang besar jika bisa ekspor kembali. Turunannya bisa meningkatkan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani," tambahnya.