Erick Thohir Tekan Rasio Utang di BUMN: Kalau BUMN-nya Tidak Sehat, Gimana Mau Berkontribusi
Erick menyampaikan, transformasi, baik dari sisi bisnis dan SDM, terbukti memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja BUMN.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan komitmennya dalam melakukan transformasi BUMN, termasuk dalam rangka menekan rasio utang di perusahaan-perusahaan pelat merah.
Erick menyampaikan, transformasi, baik dari sisi bisnis dan SDM, terbukti memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja BUMN.
Mulai dari kesehatan keuangan hingga efisiensi di operasional.
"Perbaikan kinerja BUMN tentu memiliki dampak besar bagi masyarakat dan negara. Kalau BUMN-nya tidak sehat, bagaimana mau maksimal berkontribusi," ujar Erick di Gedung DPR-RI Jakarta, (4/7/2022).
Baca juga: Menhan Prabowo Subianto Saksikan Penandatanganan MoU 3 BUMN Industri Pertahanan Indonesia di UAE
Erick mengatakan, BUMN secara konsolidasi berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp126 triliun pada 2021.
Capaian ini melesat jauh dibandingkan 2020 yang hanya sebesar Rp 13 triliun.
Terkait utang BUMN, Erick menyebut telah menekan hingga rasionya berada di kisaran 35 persen.
Sebagai tambahan informasi, rasio utang ialah perbandingan total utang (liabilities) dan total aset yang dimiliki perusahaan. Jika semakin rendah rasio utang, maka semakin baik.
"Alhamdulillah berkat transformasi dengan mengedepankan proses bisnis yang baik, tata kelola perusahaan yang baik, efisiensi, dan profesional, rasio utang BUMN pada 2021 itu 35 persen atau turun empat persen dari 2020 yang sebesar 39 persen," ucap Erick.
Baca juga: Menteri BUMN Sebut UEA Tertarik Investasi di IKN Nusantara hingga Pembangunan Wisata Laut
Dirinya mengaku akan terus mendorong rasio utang BUMN terus mengecil hingga tahun-tahun ke depan.
Erick mengatakan telah memetakan utang-utang BUMN. Pemetaan dimaksudkan agar utang BUMN benar-benar ditujukan untuk kepentingan bisnis.
"Sekarang kita rapikan yang mana utang-utang produktif, dan yang mana utang-utang yang koruptif. Yang koruptif tentu kita sikat," pungkasnya.