Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Penuhi Kebutuhan Baterai Listrik, PAM Mineral Genjot Produksi Nikel di 2022

Produksi dan eksplorasi untuk menambah inventory atau cadangan yang berkelanjutan, dengan total target penjualan 1,5 juta ton

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Penuhi Kebutuhan Baterai Listrik, PAM Mineral Genjot Produksi Nikel di 2022
Kontan
Ilustrasi - Bijih Nikel. PT PAM Mineral Tbk (NICL) akan menggenjot produksi dan eksplorasi untuk menambah inventory atau cadangan yang berkelanjutan, dengan total target penjualan 1,5 juta ton bijih nikel, naik dari target 2021 sebanyak 1,3 juta ton. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Emiten pertambangan nikel, PT PAM Mineral Tbk (NICL) akan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan produksi di tahun ini seiring dengan pertumbuhan kinerja perusahaan dan tingginya kebutuhan nikel, terutama untuk industri manufaktur, konstruksi, dan bahan baku produksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Perseroan akan menggenjot produksi dan eksplorasi untuk menambah inventory atau cadangan yang berkelanjutan, dengan total target penjualan 1,5 juta ton bijih nikel, naik dari target 2021 sebanyak 1,3 juta ton.

Baca juga: Usai Ventilator, Menperin Berharap Hilirisasi Industri Nikel Penuhi Kebutuhan Produksi Jarum Suntik

Target tahun ini terdiri dari 900 ribu ton bijih nikel kadar tinggi dan 600 ribu ton bijih nikel kadar rendah, khusus untuk kategori high grade hasil produksi NICL berhasil terjual habis sesuai dengan kontrak dengan pelanggan.

Pada 2024, guna memperluas jangkauan pemasaran dan ikut menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate/MHP (bahan baku pembuatan katoda baterai), NICL juga menargetkan penjualan 920 ribu ton bijih nikel kadar tinggi.

Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengatakan, kebutuhan nikel mulai intensif dalam perkembangan industri hulu-hilir saat ini.

“Kondisi ini membuat kami lebih optimistis ke depan ini akan ada nikel beserta turunannya yang akan menjadi salah satu primadona dari penggerak ekonomi Indonesia,” kata Ruddy usai Paparan Publik setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Rabu (6/7/2022).

Berita Rekomendasi

Dalam jangka panjang, kata Ruddy, prospek industri pertambangan dan produksi nikel akan positif lantaran tingginya kebutuhan nikel.

Adapun saat ini, produksi NICL berasal dari dua entitas, yaitu dari pertambangan NICL sendiri dan PT Indrabakti Mustika (IBM), anak usaha NICL dengan kepemilikan langsung NICL 99,05 persen saham.

Menurut Ruddy, prospek bisnis NICL akan ditopang oleh prospek tingginya permintaan bijih nikel kadar tinggi, terutama karena industri pengolahan (smelter).

Baca juga: Setelah Nikel, Tahun Ini Pemerintah Bakal Larang Ekspor Bauksit dan Timah

"Hadirnya industri baterai nasional, seiring tumbuhnya smelter dengan teknologi hydrometalurgi, juga akan mendorong kinerja NICL dengan diserapnya nikel kadar rendah," paparnya.

Apalagi, menurut riset BloombergNEF, adopsi kendaraan listrik akan tumbuh dalam jangka panjang, dan data Badan Energi Internasional (IEA) juga mengungkapkan EV menyumbang 2 persen lebih dari penjualan mobil global dan akan menjadi 58 persen di 2040.

"Ini mengindikasi adanya peningkatan permintaan nikel untuk komponen baterai Nickel Metal Hydride untuk mengoperasikan kendaraan listrik,” ucap Ruddy.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas