Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Mantan Wamen ESDM Ungkap Lima Penyebab Harga Batubara Sangat Mahal di Tahun Ini

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menyebut ada lima faktor penyebab harga batubara pada tahun ini sangat mahal.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Mantan Wamen ESDM Ungkap Lima Penyebab Harga Batubara Sangat Mahal di Tahun Ini
TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
Ilustrasi sejumlah kapal tug boat menarik tongkang muatan batubara di perairan Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Harga Batubara Acuan (HBA) pada Juli 2022 senilai 319 dolar AS per ton, turun dibanding bulan sebelumnya 323,91 per ton. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menyebut ada lima faktor penyebab harga batubara pada tahun ini sangat mahal.

Mengutip data Kementerian ESDM, Harga Batubara Acuan (HBA) pada Juli 2022 senilai 319 dolar AS per ton, turun dibanding bulan sebelumnya 323,91 per ton.

Arcandra menyampaikan, tidak ada satu pihak, baik individu, perusahaan dan negara di dunia yang bisa memastikan harga batubara akan berada di level berapa.

Baca juga: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Rencana Bentuk BLU Batubara

"Namun ada beberapa faktor yang bisa menjadi petunjuk kenapa harga batubara dunia sangat mahal di tahun 2022," ucap Arcandra yang dikutip dalam akun Instagram pribadinya, Rabu (13/7/2022).

Pertama, India sebagai salah satu negara pengimpor batubara terbesar di dunia mengalami kenaikan kebutuhan listrik pada tahun ini.

Kondisi ini diperparah oleh turunnya produksi batubara dalam negeri akibat musim hujan yang di atas normal. Sektor kelistrikan di India sangat bergantung pada batubara (44 persen), oil (25 % ) dan biomass (13 % ).

Berita Rekomendasi

"Kontribusi dari nuklir dan gas semakin berkurang sehingga batubara menjadi pilihan yang tidak terelakkan," katanya.

Kedua, terganggunya ketersedian energi untuk pembangkit listrik dan pemanas di Eropa terutamanya ketidakpastian suplai gas dari Rusia. Sekali lagi krisis Rusia dan Ukraina menyadarkan kita akan dampaknya terhadap banyak sektor.

Lebih jauh lagi, suplai listrik dari PLTA di negara-negara Scandinavia dan gangguan pembangkit nuklir di Perancis telah menambah tekanan untuk mencari energi pengganti.

Dengan sangat terpaksa pilihan jatuh pada penggunaan kembali PLTU. Sebagai contoh pemerintah Jerman akan menghidupkan kembali 9 GW PLTU pada tahun ini.

Ketiga, sejumlah tambang batubara di Australia direncanakan untuk ditutup dalam beberapa tahun ke depan.

Baca juga: Pelaku Tambang Batubara Ilegal Tahura Bukit Soeharto Terancam Hukuman Penjara 15 Tahun 

Penutupan tambang-tambang yang selama ini batubaranya dibutuhkan oleh Jepang, Korea, Taiwan dan India, memberikan sinyal ke market bahwa akan terjadi ketidakseimbangan supply-demand dalam waktu dekat.

"Karena batubara diperdagangkan kurang lebih sama seperti minyak, maka persepsi trader sangat mempengaruhi harga," tulisnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas