Pesan Dirjen ILO: Negara Berkembang Jangan Terbebani oleh Bonus Demografi
Dirjen ILO Guy Ryder mengatakan, bonus demografi tidak selalu menjadi hal yang membebani anggaran belanja suatu negara.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Jenderal Organisasi Buruh Internasional (ILO) Guy Ryder menyoroti isu bonus demografi yang kini dihadapi sejumlah negara berkembang seperti Indonesia.
Guy Ryder mengatakan, bonus demografi tidak selalu menjadi hal yang membebani anggaran belanja suatu negara.
Justru, bonus demografi menjadi kesempatan bagi negara tersebut untuk membangun perlindungan sosial, salah satunya dengan membantu memastikan anak muda memiliki akses ke pekerjaan yang layak.
guy Ryder memaparkan padangannya tersebut saat menjadi pembicara di sebuah talk show yang merupakan rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Youth (Y) 20 di Jakarta, Senin (18/7/2022).
“Ketika kita melihat bonus demografi, itu tidak selalu menjadi suatu hal yang membebani belanja. Khususnya bagi negara berkembang," ujarnya.
"Ini adalah kesempatan untuk membangun perlindungan sosial yang bisa membantu masyarakat kita untuk berlayar di dunia yang menantang dan kompleks,” ujar Guy.
Baca juga: Survei: Banyak Anak Muda Tak Sadar Jadi Bagian Bonus Demografi
Bonus demografi adalah kondisi di mana penduduk usia produktif lebih besar jumlahnya dari pada penduduk berusia nonproduktif.
Sebagaimana diketahui, Indonesia adalah salah satu dari negara yang tengah mengalami bonus demografi.
Baca juga: 2030 Indonesia Bakal Mengalami Bonus Demografi, Angkatan Kerja Produktif Akan Mencapai 64 Persen
Besarnya populasi berusia produktif dapat bermanfaat dalam mendorong pembangunan.
Oleh sebab itu, Guy kemudian menegaskan perlindungan sosial didesain untuk mendorong orang agar terlibat dalam perekonomian formal.
Selain itu, Guy juga menekankan pentingnya akses pada pelatihan khususnya yang bersifat berkelanjutan.