Kenaikan Harga Komoditi Untungkan Indonesia, Kecuali Sektor Energi
Windfall kenaikan komoditas relatif menguntungkan Indonesia dibanding dampak negatif kenaikan harga minyak terhadap harga BBM dan subsidi energi.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga energi di pasar global seperti minyak mentah dan gas masih akan cenderung tinggi, imbas dari masih tingginya tensi perang Rusia dan Ukraina.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kondisi ini berdampak negatif ke banyak negara, laju inflasi di masing-masing negara di dunia turut meningkat.
"Walaupun terjadi tren peningkatan inflasi, windfall kenaikan komoditas relatif menguntungkan Indonesia dibanding dampak negatif kenaikan harga minyak terhadap harga BBM dan subsidi energi," ujar dia dalam risetnya, Kamis (26/7/2022).
Di sisi lain, hal tersebut dapat dilihat secara positif sebagai bentuk menyeimbangkan ekonomi dunia yang selama ini didominasi hegemoni AS dan dollarization.
Sementara bagi Indonesia, Nico menilai bahwa kondisi potensi resesi pada negara-negara maju dipandang akan sangat berbeda.
"Setidaknya, hal ini juga dapat diindikasikan dengan dual deficit, yakni fiscal deficit dan trade balance deficit yang selama ini menjadi perhatian investor global dalam memandang peringkat hutang Indonesia. Tidak berlaku hingga kali ini," kata Nico.
Baca juga: Pasokan Gas Rusia Dipangkas, Harga Minyak Langsung Melambung
Sebab hingga Mei 2022, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercatat surplus Rp 132,2 triliun atau setara dengan 0,74 persen dari PDB.
Ditambah dengan catatan bahwa jumlah pembiayaan anggaran hanya Rp 83,3 triliun atau hanya sekira 10 persen dari target APBN 2022.
Baca juga: Gazprom Rusia akan Potong Pasokan ke Eropa Mulai 27 Juli 2022
"Di sisi lain, surplus neraca dagang Indonesia hingga Mei sudah mencapai 25 bulan berturut-turut. Hal yang tentunya akan mendorong ketahanan cadangan devisa ataupun rupiah akan cenderung lebih stabil," pungkas Nico.