Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kata Ekonom Indef Soal Utang Jepang untuk Proyek PLTA Peusangan

Pemerintah Indonesia akan menambah daftar utang luar negeri dari Jepang sebesar 43,6 miliar yen atau sekitar Rp 4,7 triliun.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kata Ekonom Indef Soal Utang Jepang untuk Proyek PLTA Peusangan
Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul, Kamis (28/7/2022) sore. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia akan menambah daftar utang luar negeri dari Jepang sebesar 43,6 miliar yen atau sekitar Rp 4,7 triliun.

Pinjaman tersebut akan digunakan untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan di bagian barat laut Danau Laut Tawar Banda Aceh.

Ekonom Institute for Development on Economic and Finance (Indef) Nailul Huda mengingatkan dana utang tersebut harus dikelola hati-hati.

Baca juga: Cegah Pembengkakan Utang, Beijing Bangun Pendanaan Real Estate Fund Senilai 44,4 Miliar Dolar AS

Menurut Nailul, pendanaan proyek PLTA Peusangan merupakan jangka panjang sehingga bentuk pinjamannya mesti dipastikan apakah soft loan (bunga rendah) atau hard loan (bunga tinggi).

"Jika beban utang terlalu berat akan berdampak pada pemulihan ekonomi nasional," urainya kepada Tribun, Kamis (28/7/2022).

Bukan tidak mungkin, imbuh dia, faktor inflasi global juga dapat menyebabkan terjadinya resesi ekonomi di dalam negeri.

Berita Rekomendasi

"Saya rasa sangat oke kalau Jepang bantu finishing project PLTA Peusangan yang hampir rampung tetapi harus penuh kehati-hatian," tutur Nailul.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, disiplin pengelolaan fiskal yang ketat membuat rasio utang indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara maju.

"Risiko kredit Indonesia dianggap manageable karena eksposure utang pemerintah yang jauh lebih rendah dibandingkan negara maju dan berkembang yang di ASEAN maupun di G20," kata Sri Mulyani.

Bendahara negara menyebut, berdasarkan proyeksi IMF rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) akan mencapai 42,71 persen di akhir 2022.

Dibandingkan sejumlah negara, persentase itu menang lebih rendah.

Baca juga: Jokowi Bertemu Presiden Korsel dan Saksikan Penandatanganan Sejumlah Kerjasama

Misalnya saja Amerika Serikat (AS) sebesar 125,58 persen, Jerman 70,87 persen, Prancis 112,58 persen, Inggris 87,83 persen, Jepang 262,54 persen, dan Korea Selatan 52,04 persen.

Kemudian Malaysia yang sebesar 69,25 persen, Thailand 62,68 persen, Filipina 60,04 persen.

"Kalau dibandingkan negara maju dan berkembang, baik yang di ASEAN maupun G20 terlihat rasio utang pemerintah yang 42 persen ini relatif sangat kecil, negara-negara itu jauh di atas Indonesia rasio utangnya terhadap PDB," ujarnya.

Sri Mulyani menambahkan, credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia juga mengalami tren penurunan menjadi berada di posisi 117 per 27 Juli 2022, setelah sempat menyentuh level tertinggi di 160,45 pada 14 Juli 2022.

Dengan kondisi tingkat risiko kredit dan rasio utang yang lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lainnya, Indonesia pun relatif lebih aman ketimbang beberapa negara lain.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas