Perang Ukraina Dongkrak Pengangguran di Jerman
Kantor Tenaga Kerja Jerman mengatakan jumlah orang yang kehilangan pekerjaan meningkat sebesar 48.000 secara musiman
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Kantor Tenaga Kerja Jerman mengungkapkan tingkat pengangguran Jerman di bulan Juli naik lebih tinggi dari yang diperkirakan, karena para pengungsi Ukraina yang mendaftar untuk mencari pekerjaan di negara itu.
Melalui data yang diterbitkan hari ini, Jumat (29/7/2022), Kantor Tenaga Kerja Jerman mengatakan jumlah orang yang kehilangan pekerjaan meningkat sebesar 48.000 secara musiman menjadi 2,463 juta orang. Sementara tingkat pengangguran di Jerman naik menjadi 5,4 persen.
Jumlah ini lebih tinggi dari perkiraan para analis yang memperkirakan peningkatan sebesar 15.000 orang.
Baca juga: Inflasi Meningkat, Pengangguran di Amerika Diprediksi Naik Hingga Dua Kali Lipat
"Pengangguran dan setengah pengangguran meningkat lebih tajam pada Juli dari biasanya sepanjang tahun. Namun, ini karena pendaftaran pengungsi Ukraina," kata Kepala Wilayah di Kantor Tenaga Kerja Jerman, Daniel Terzenbach, yang dikutip dari Reuters.
Terzenbach menambahkan, pasar tenaga kerja di Jerman secara umum masih stabil.
Peningkatan jumlah pengangguran di Jerman, dipicu oleh pengungsi Ukraina yang saat ini sedang didaftarkan di pusat-pusat pencarian pekerjaan. Diperkirakan sekitar 900.000 orang Ukraina telah mengungsi ke Jerman sejak Moskow menginvasi Kyiv pada akhir Februari lalu.
Di bawah arahan Uni Eropa (UE), pengungsi Ukraina akan diberikan status perlindungan di UE hingga tiga tahun, serta akses ke asuransi kesehatan dan pasar tenaga kerja.
Sebanyak 350.000 orang Ukraina saat ini telah terdaftar untuk mencari pekerjaan di Jerman. Lembaga penelitian ekonomi yang berbasis di Munich, Jerman, IFO melakukan survei terhadap 1.000 pengungsi Ukraina pada bulan Juni. Dalam survei tersebut, meskipun sebanyak 90 persen responden ingin mencari pekerjaan di Jerman, namun hanya setengah dari mereka yang berhasil menemukan pekerjaan.
Berdasarkan survei yang dilakukan IFO, kurangnya keterampilan bahasa Jerman dan Inggris menjadi hambatan utama bagi pengungsi Ukraina untuk mendapatkan pekerjaan.
"Keterampilan bahasa adalah tantangan yang paling penting. ini bukan hanya tentang keterampilan Jerman, tetapi juga bahasa Inggris." kata seorang peneliti IFO, Tetyana Panchenko.
Ekonomi Jerman Mandek di Q2 2022
Selain meningkatnya jumlah pengangguran di Jerman, ekonomi negara ini juga mengalami stagnasi pada kuartal kedua tahun ini, yang dipicu oleh perang Ukraina, pandemi dan gangguan pasokan sehingga mendorong negara dengan tingkat ekonomi terbesar di Eropa ini ke tepi kontraksi.
Stagnasi adalah kondisi ekonomi yang tidak tumbuh dan di saat bersamaan inflasi juga sedang terjadi. Stagnasi biasanya diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada suatu periode tertentu.
Data dari Kantor Statistik Jerman menunjukkan PDB tidak berubah kuartal ke kuartal. Sementara jajak pendapat ekonom Reuters memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,1 persen.
Baca juga: Jerman Mulai Berlakukan Pungutan Harga Gas ke Konsumen
Konsumsi rumah tangga dan pemerintah secara khusus telah membantu perekonomian Jerman pada periode April hingga Juni.
"Kondisi kerangka kerja yang sulit dalam ekonomi global, termasuk pandemi COVID-19, gangguan dalam rantai pasokan dan perang di Ukraina, jelas tercermin dalam pembangunan ekonomi jangka pendek," kata Kantor Statistik Jerman dalam sebuah pernyataan.
Inflasi Jerman naik secara tidak terduga pada bulan Juli, yang didorong oleh krisis pasokan energi akibat pengurangan lebih lanjut pasokan gas Rusia. Indeks harga konsumen Jerman meningkat sebesar 8,5 persen pada tahun ini.
"Peningkatan inflasi pada Indeks Harmonisasi Harga Konsumen (HICP) merupakan sebuah peringatan bagi Bank Sentral Eropa," kata Carsten Brzeski, ekonom ING Group.
Sementara itu, pengumuman mengenai inflasi di bulan Juli untuk zona Euro akan dirilis hari ini.