Ekonom Ingatkan Pemerintah Waspada Laju Inflasi Dalam Negeri di Tengah Berbagai Tantangan Eksternal
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan eksternal yang dapat mempengaruhi perekonomian
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
“Saya rasa tidak akan separah ketika pandemi covid-19. Karena walau melemah namun perbaikan demand tetap ada,” tutur Oce.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi mengungkapkan stok komoditas Indonesia memang dalam kondisi aman.
Baca juga: Berkah Lonjakan Harga Minyak, Ekonomi Arab Saudi Melesat 11,8 Persen di Q2 2022
Sektor agrikultur Indonesia mencatatkan kinerja cukup baik dengan kelimpahan suplai.
"Karena selama pemulihan covid-19 dari sisi input produksi negara-negara besar tidak hanya Jepang itu mengalami kelangkaan. Sementara di Indonesia kita over supply," ujarnya.
Padahal, mereka membutuhkan pasokan komoditas untuk pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi. Hal itu kemudian memunculkan wacana untuk ekspor dari Indonesia ke negara lain.
"Jadi sektor pertanian kita over supply, kemudian pupuk kita juga over supply. Bahkan ada keinginan untuk ekspor ke Afrika dan juga ke Amerika Latin," tambahnya.
Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia itu menyarankan pemerintah tidak terlena dengan suplai melimpah dalam negeri.
Menurutnya, pemerintah harus mewaspadai permintaan komoditas dalam negeri yang juga menunjukkan kenaikan.
Baca juga: Sejumlah Tokoh Islam Deklarasikan Inisiatif Ekonomi Masjid (i-Emas)
"Cuma memang kalau dari sisi ekspor saja, kita juga harus hati-hati. Jangan sampai ini terlalu agresif kita lakukan. Nanti ketika kita butuhkan justru langka. Kita sekarang dari sisi demand sedang bertumbuh nanti jangan sampai demand optimal kita langka suplai input-nya," tegasnya.
Hadapi Tantangan Eksternal
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan eksternal yang dapat mempengaruhi perekonomian nasional.
Kata dia, pemerintah optimistis dapat melewati ketidakpastian akibat perang Rusia-Ukraina dan juga perlambatan ekonomi negara maju yaitu Amerika Serikat dan China.
"AS, China, Eropa adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Jadi, kalau mereka melemah, permintaan ekspor turun dan harga komoditas turun," kata Sri Mulyani.
Baca juga: Kriteria Capres Ideal di Mata Ekonom, Harus Bisa Stabilkan Ekonomi Nasional
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Indonesia Januari–Juni 2022 mencapai 141,07 miliar dolar AS atau naik 37,11 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.
Sementara ekspor nonmigas mencapai 133,31 miliar dolar AS atau naik 37,33 persen.