Wall Street Merah, Imbas Pengetatan Pasokan Minyak Mentah hingga Melambatnya Produksi Manufaktur AS
Turunnya perdagangan saham tentu makin memberikan tekanan pada perekonomian AS, apalagi ekonomi Amerika telah terpukul kenaikan suku bunga
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Pergerakan pasar Wall Street kembali mencatatkan rapor merah, setelah sejumlah indeks saham ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (2/8/2022).
Penurunan ini terjadi setelah minyak mentah yang dijual dipasar global mengalami penurunan harga akibat meningkatnya kekhawatiran investor akan pengetatan pasokan menjelang pertemuan anggota pengekspor minyak OPEC, hal inilah yang membuat sejumlah perusahaan energi mengalami penurunan saham.
Tak hanya itu, amblesnya pergerakan Wall street juga didorong oleh melambatnya aktivitas produksi manufaktur AS di sepanjang bulan Juli, hingga membuat indeks Exxon Mobil amblas 2,5 persen. Penurunan tersebut yang kemudian memicu anjloknya indeks S&P 500 di sesi ini.
Baca juga: Nancy Pelosi Tiba di Singapura, Bursa Saham Taiwan Langsung Melemah
Dimana indeks S&P 500 ditutup turun 0,28 persen ke 4.118,59, sementara indeks Nasdaq Composite melemah 0,18 persen menjadi 12.368,98 dan indeks Dow Jones Industrial Average yang ikut koreksi 0,14 persen hingga nilainya melemah ke level 32.798,60.
Turunnya perdagangan saham tentu makin memberikan tekanan pada perekonomian AS, mengingat baru-baru ini ekonomi Amerika telah terpukul kenaikan suku bunga akibat pengetatan moneter Federal Reserve serta peningkatan angka pengangguran.
"Masih banyak pertanyaan tentang apakah kita benar-benar keluar dari kesulitan secara ekonomi, dan mungkin tidak," kata Tom Martin, manajer portofolio senior di GLOBALT Investments di Atlanta.
Adanya rencana kunjungan kerja yang dilakukan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada Selasa (2/8/2022) juga menjadi faktor lain timbulnya gejolak panas pada pasar saham AS.
Baca juga: Saham Wall Street Berjatuhan Jelang Pengumuman The Fed
Reuters mencatat saham AS (AD.US) turun melebihi jumlah yang naik dengan rasio 1,1 banding satu. Penutupan saham variatif juga terlihat pada S&P 500 yang membukukan 5 tertinggi baru dan 31 terendah baru, diikuti Nasdaq dengan mencatatkan indeks 68 tertinggi baru dan 98 terendah baru.