Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tanpa Kasih Rincian, FAO Klaim Harga Pangan Bulan Juli Mulai Turun

FAO mengklaim harga pangan dunia mengalami penurunan signifikan pada bulan Juli 2022 namun tidak merinci berapa persen penurunannya.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Tanpa Kasih Rincian, FAO Klaim Harga Pangan Bulan Juli Mulai Turun
Kementan
Panen padi di musim gadu di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengatakan bahwa harga pangan mengalami penurunan signifikan pada bulan Juli. Namun FAO tidak menjelaskan berapa lama penurunan harga pangan itu akan bertahan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengatakan bahwa harga pangan mengalami penurunan signifikan pada bulan Juli.

Namun FAO tidak menjelaskan berapa lama penurunan harga pangan itu akan bertahan.

"Masih banyak ketidakpastian, termasuk harga pupuk yang tinggi yang dapat memengaruhi prospek produksi dan mata pencaharian petani di masa depan, prospek ekonomi global yang suram, dan pergerakan mata uang, yang semuanya menimbulkan tekanan serius bagi ketahanan pangan global," kata Maximo Torero, kepala ekonom FAO.

Dilansir dari CNBC, Selasa (9/8/2022) indeks harga pangan FAO telah menunjukkan penurunan 8,6 persen pada bulan Juli, sedangkan pada bulan Juni turun hanya 2,3 persen.

Mengapa harga pangan turun ?

Analis memperkirakan, penurunan harga pangan didorong oleh perjanjian antara Rusia dan Ukraina untuk melanjutkan ekspor biji-bijian.

BERITA TERKAIT

Selain itu, berkaitan juga dengan waktu panen tanaman, perlambatan ekonomi global, dan dolar AS yang menguat.

Baca juga: Harga Pangan Melambung, Warga Sri Lanka Terancam Kelaparan

Menurut direktur pasar perdagangan di Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional, Rob Vos, penurunan harga pangan didorong oleh panen gandum yang melimpah dari Amerika Serikat dan Australia pada tahun ini.

“Selain itu, faktor menguatnya dolar AS juga menurunkan harga bahan pokok, karena komoditas dihargai dalam dolar AS,” kata Vos.

Kesepakatan yang didukung PBB secara luas antara Ukraina dan Rusia juga membantu mendinginkan pasar.

Baca juga: Sri Mulyani: Harga Pangan Dunia Masih Akan Naik hingga 20 Persen di Akhir 2022

Menurut PBB, Ukraina adalah pengekspor gandum terbesar keenam di dunia pada tahun 2021, menyumbang 10 persen dari pangsa pasar gandum global.

Skeptis atas kesepakatan Ukraina-Rusia

Skeptisisme global mengenai apakah Rusia akan mempertahankan perjanjian pengiriman gandum Ukraina, hingga saat ini masih belum ada titik terang.

Rusia menembakkan rudal ke Odesa hanya beberapa jam setelah kesepakatan yang ditengahi PBB pada akhir Juli.

Baca juga: Inflasi Amerika Tembus 9,1 Persen, Saham di Wall Street Langsung Ambles, Harga Pangan Naik

"Perusahaan pengangkutan dan asuransi mungkin masih berpikir terlalu berisiko untuk mengirim biji-bijian keluar dari zona perang," kata Vos, menambahkan bahwa harga pangan tetap tidak stabil dan kejutan baru apa pun dapat menyebabkan lebih banyak lonjakan harga.

“Untuk membantu menstabilkan pasar, kesepakatan itu perlu dipertahankan secara penuh selama paruh kedua tahun ini karena itu adalah periode di mana Ukraina melakukan sebagian besar ekspornya." imbuhnya.

Kepala riset pasar komoditas pertanian di Rabobank, Carlos Mera menyebut bahwa tanah Ukraina yang subur, masih berpotensi untuk terus dihancurkan oleh Rusia selama perang yang masih terus berlanjut.

Hal ini tentu mengakibatkan hasil panen akan semakin berkurang di tahun depan. “Setelah koridor (gandum) ini berakhir, kita mungkin melihat lebih banyak kenaikan harga ke depan,” kata Mera.

Konsumen juga dapat melihat kenaikan harga lebih lanjut karena biasanya ada jeda tiga sampai sembilan bulan sebelum pergerakan harga komoditas tercermin di rak supermarket.

Di sisi lain, para analis mengungkapkan bahwa turunnya harga pangan bukan serta merta merupakan kabar baik.

Analis beralasan turunnya harga pangan dan bahan pokok karena para pedagang dan investor melihat kekhawatiran adanya resesi.

Harga bahan pokok

Menurut FAO, harga gandum secara khusus turun 14,5 persen, sebagian karena reaksi terhadap kesepakatan gandum Rusia-Ukraina, dan panen yang lebih baik di Belahan Bumi Utara.

Harga minyak nabati juga mengalami penurunan 19,2 persen bulan ke bulan, yang didorong oleh ekspor minyak sawit yang banyak dari Indonesia, harga minyak mentah yang lebih rendah, dan kurangnya permintaan minyak bunga matahari.

Kemudian, harga gula turun 3,8 persen ke level terendah karena permintaan yang menyusut. Terakhir, harga susu dan daging turun masing-masing 2,5 persen dan 0,5 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas