Tinggalkan Dolar, Rusia Tambah Aset Internasional Dengan Membeli Valas Negara Sahabat
langkah ini dilakukan bank sentral Rusia setelah Putin mendapatkan serangkaian sanksi ekonomi dari AS dan UE, yang membuat bank-bank di Moskow kehilan
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Bank sentral Rusia sedang mempertimbangkan untuk membeli valas atau mata uang dari negara-negara 'bersahabat' seperti China, India dan Turki untuk mengisi cadangan devisa internasional Rusia, Jumat (12/8/2022).
"Kementerian Keuangan Rusia sedang mengupayakan kemungkinan penerapan mekanisme operasional untuk pengisian atau pengeluaran NWF dalam mata uang negara sahabat seperti yuan China, rupee India, lira Turki, dan lainnya," kata bank sentral Rusia.
Mengutip dari Reuters, langkah ini dilakukan bank sentral Rusia setelah Putin mendapatkan serangkaian sanksi ekonomi dari AS dan UE, yang membuat bank-bank di Moskow kehilangan kemampuan untuk membeli dolar atau euro. Hingga memicu terjadinya penyusutan cadangan devisa internasional yang disimpan dalam National Wealth Fund (NWF).
Baca juga: Menhan Inggris Yakin Rusia Akan Gagal, Usai 26 Negara Sokong Dana dan Senjata ke Ukraina
Sebelum AS dan sekutunya menerapkan sanksi pada Putin, total valas yang dikelola NWF mencapai 640 miliar dolar AS. Namun imbas sanksi tersebut kini setengah dari cadangan devisa internasional Rusia dibekukan. Alasan inilah yang membuat ekonomi Rusia goyah dan membuat investor serta bank - bank Moskow kesulitan untuk melakukan pembayaran internasional.
Munculnya tekanan ini lantas membuat bank sentral Rusia khawatir apabila laju inflasi di negaranya akan ikut melonjak. Mengingat saat ini inflasi di Rusia telah tembus mencapai 15,9 persen year-on-year (yoy), meski jumlah ini lebih landai dari inflasi di bulan April lalu.
Namun menurut bank sentral angka inflasi di Rusia masih jauh dari target CBR yang telah ditetapkan pemerintah, dimana saat itu Rusia menargetkan inflasi sebesar 4 persen.
Dengan adanya pembelian valas dari negara bersahabat, bank sentral memperkirakan bahwa para pelaku bisnis di negaranya kini dapat kembali melakukan transaksi internasional.
Baca juga: Anggap Dolar AS Mata Uang Beracun, Rusia dan Turki Lakukan Transaksi Pembayaran Gas Dengan Rubel
Sikap positif ini tentunya dapat mengerek turun suku bunga acuan Rusia di tahun 2023 menjadi 6,5 persen hingga 8,5 persen sementara di tahun 2025 mendatang suku bunga akan kembali melemah di kisaran 5 persen – 6 persen.
Tak hanya itu melalui cara tersebut bank sentral Rusia yakin bahwa pihaknya dapat melonggarkan kebijakan kontrol modal, sehingga jutaan masyarakat Rusia bisa kembali melakukan penarikan dana mata uang asing dari rekening bank.