Pekan Ini Disebut Penuh Tekanan, tapi Investor Pasar Modal Masih Ada Harapan
dari dalam negeri ada data yang akan memberikan vaksin booster kelima, setelah Indeks Harga Sahahm Gabungan (IHSG) mengalami penguatan selama 4 pekan
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kalau kata orang, film Korea penuh drama, mungkin tidak akan seperti pasar modal yang akan lebih banyak dramanya pada pekan ini.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, investor akan mendapat tekanan pekan ini, tapi masih ada harapan.
"Pekan ini akan menjadi pekan yang mungkin cukup memberikan tekanan. Namun ada harapan bagi pelaku pasar dan investor," ujar dia melalui risetnya, Senin (15/8/2022).
Ada apa saja memangnya pekan ini?
Baca juga: Perdagangan Saham Sepekan Ini Mayoritas Ditutup Positif, IHSG Melesat 1,92 Persen Sepekan
Nico menjelaskan, dari dalam negeri ada data yang akan memberikan vaksin booster kelima, setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan selama 4 pekan berturut turut, dan pasar obligasi memberikan penguatan dalam kurun waktu 2 pekan terakhir.
"Begitu luar biasanya pasar, sehingga terus menerus memberikan kejutan. Kali ini kejutan datang dari data ekspor dan impor serta neraca perdagangan yang keluar pada hari ini," kata Nico.
Data neraca perdagangan yang kembali surplus akan menjadi alasan penguatan IHSG dan pasar obligasi menjelang 17 Agustus nanti.
"Namun bukan berarti pasar akan kehilangan volatilitasnya lho ya, karena ada data pertumbuhan ekonomi dan inflasi dari Eropa yang diperkirakan secara pertumbuhan ekonomi akan berada di nilai yang sama seperti sebelumnya. Namun yang mengkhawatirkan adalah inflasi diproyeksikan mengalami peningkatan dari sebelumnya 8,6 persen berpotensi untuk menyentuh 9 persen," katanya.
Menurutnya, hal ini tentu saja diprediksikan akan memicu ketegangan kembali di kubu Bank Sentral Eropa yang sebelumnya memang sudah memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga mereka sebanyak 50 basis poin.
"Apakah itu cukup? Apakah itu akan membuat Bank Sentral Eropa berhenti? Oh tentu tidak. Dengan data inflasi yang diproyeksi mengalami kenaikkan, tentu saja, Bank Sentral Eropa akan kembali berdiskusi, sehingga memberikan peluang untuk menaikkan tingkat suku bunganya kembali," tutur Nico.
Dengan tingkat inflasi yang masih jauh seperti ini, dirinya melihat ada peluang kenaikkan tingkat suku bunga akan terjadi dengan rentang 50 bps.
Baca juga: IHSG Kamis Dibuka Naik 0,10 Persen, Bukalapak Jadi Top Gainer
Kemudian setelah dari Eropa, akan ada data pertumbuhan ekonomi dan inflasi juga dari Jepang, di mana tidak akan memberikan banyak pengaruh terhadap kebijakan yang sudah ada saat ini.
Namun, sebagai perekonomian yang besar di Asia, tentu saja hal ini juga mampu memberikan angin kepada pasar Asia khususnya, untuk memberikan sentimen positif apabila ternyata data pertumbuhan ekonomi Jepang pulih.
Sejauh ini secara proyeksi, data pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal II 2022, diperkirakan mengalami kenaikkan dari sebelumnya minus 0,5 persen menjadi 2,6 persen.
Untuk data inflasi, Nico melihat juga ada peluang kenaikkan dari sebelumnya 2,4 persen menjadi 2,6 persen, tapi meskipun naik, dirinya yakin tidak terlalu memberikan dampak apa apa terhadap keputusan Bank Sentral Jepang dalam menaikkan tingkat suku bunganya.
Selanjutnya tidak hanya itu Jepang, China juga memberikan kontribusi data hari ini, di mana investor tentu saja menantikan data perekonomian mengenai Industrial production dan retail sales yang akan keluar hari ini.
Industrial production dan retail sales, diproyeksikan akan mengalami kenaikkan, dan tentu saja hal ini juga memberikan angin positif terhadap pasar.
Baca juga: Pekan Membara Buat IHSG, Investor Nunggu Keputusan Kenaikan Suku Bunga The Fed
Terakhir, dan menjadi yang paling penting, adalah keluarnya risalah FOMC Meeting Minutes atau rapat Bank Sentral Amerika Serikat, di mana akan memberikan kita gambaran mengenai situasi dan kondisi yang terjadi kemarin.
"Kita juga bisa tahu, seberapa banyak potensi kenaikkan tingkat suku bunga yang akan terjadi kedepannya nanti. Kita membutuhkan petunjuk, dan risalah akan memberikan itu untuk kita," ujar Nico.
Oleh sebab itu, ada kemungkinan pertemuan The Fed pada bulan September ini diperkirakan akan menaikkan kembali tingkat suku bunganya sebanyak 75 bps.
"Well, perjalanan akan terus berlanjut. Ketidakpastian masih akan didepan mata, tapi kita masih memiliki harapan yang nyata. Di tengah ketidakpastian yang diberikan oleh pasar tersebut, data ekonomi dalam negeri akan memberikan ketenangan dan keyakinan, sejauh mana pasar kita mampu bertahan di tengah ketidakpastian," pungkasnya.