Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis

Serikat Pertani Nilai Komoditas Pangan Lain Perlu Adopsi Strategi Sukses Swasembada Beras

Henry kembali menekankan seharusnya kebijakan beras itu bisa diimplementasikan untuk komoditas pangan lain.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Serikat Pertani Nilai Komoditas Pangan Lain Perlu Adopsi Strategi Sukses Swasembada Beras
Tribunnews/fin
llustrasi panen padi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia menerima penghargaan dari Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI) karena memiliki sistem ketahanan pangan yang baik dan berhasil swasembada beras pada periode 2019-2021.

Penghargaan diserahkan Direktur Jenderal IRRI Jean Balie kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menuturkan penghargaan itu adalah buah dari implementasi UU 18/2012 tentang Pangan yang tidak membolehkan impor pangan selagi masih bisa diproduksi oleh petani di dalam negeri.

Baca juga: Strategi Badan Pangan Nasional Kelola Sampah Makanan, Gandeng Sarinah hingga Hippindo

Dalam UU 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani juga disebutkan demikian.

Henry menilai komoditas pangan lain perlu mengadopsi sukses swasembada beras.

"Karena itulah sejak Presiden Jokowi, dia memang menekankan tidak akan impor beras, saya pikir satu yang harus dihargai komitmen dia itu. Jadi karenanya, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan tidak mau impor beras, tidak bisa," ungkapnya, Senin (15/8/2022).

Berita Rekomendasi

Henry kembali menekankan seharusnya kebijakan beras itu bisa diimplementasikan untuk komoditas pangan lain.

“Ya harusnya di komoditas yang lain, termasuk daging, untuk semuanya. Karena sesungguhnya Indonesia bisa untuk kacang kedelai, bahkan juga terigu," ujarnya.

Swasembada beras juga didukung oleh pembangunan banyak irigasi pertanian oleh pemerintah.

Meski demikian, Henry mengungkapkan masih banyak yang harus dilakukan pemerintah terkait beras.

"PR-nya begini, petani yang produsen beras itu kehidupan kesejahteraannya belum membaik. Itu bisa dilihat secara sederhana dari nilai tukar petani (NTP), di mana NTP tiga tahun ini menurun," tegas Henry.

Penurunan NTP menjadi indikator kerugian yang dialami petani pangan. Penurunan itu dipengaruhi mahalnya ongkos produksi tanaman padi.

"Jadi sebenarnya petani pangan, dalam hal ini padi, ya semuanya merugi di sini. Mengapa terjadi penurunan? Karena harga pupuk-pupuk mahal, terus juga benih-benih juga naik," ungkapnya.

Baca juga: RI Terima Penghargaan Swasembada Beras, Perpadi: Jadi Pemantik Hadapi Ancaman Krisis Pangan Global

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas