Isu Kenaikan Harga Pertalite Makin Kencang, Presiden Jokowi Minta Menteri Kalkulasi Dampaknya
Pemerintah memberikan sinyal akan segera menaikkan harga BBM RON 90 atau Pertalite dan Solar subsidi.Jokowi minta menteri kalkulasi dampak
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah memberikan sinyal akan segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) RON 90 atau Pertalite dan Solar subsidi.
Ditemui usai meninjau progres renovasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta, Selasa (23/8/2022), Presiden Joko Widodo menjelaskan keputusan menaikkan harga BBM (Pertalite dan solar subsidi) harus dilakukan secara hati-hati.
“Ini (kenaikan harga BBM) menyangkut hajat hidup orang banyak jadi semuanya harus diputuskan secara hati-hati,” kata Presiden Jokowi.
Baca juga: Update Harga BBM Selasa 23 Agustus 2022: Pertalite, Pertamax Hingga Dexlite di Seluruh SPBU
Presiden juga meminta menterinya melakukan kalkulasi terlebih dahulu sebelum menaikkan harga BBM. Jangan sampai kenaikan BBM justru menggerus pertumbuhan ekonomi dan mendongkrak inflasi.
“Kalkulasi dampaknya. Jangan sampai dampaknya menurunkan daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangganya, kemudian nanti yang harus dihitung juga menaikkan inflasi yang tinggi. Kemudian bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi,” kata Presiden.
Oleh karena itu Presiden memerintahkan jajarannya untuk menghitung secara matang sebelum memutuskan menaikkan harga BBM. “Semuanya saya suruh menghitung betul-menghitung betul, sebelum diputuskan,” pungkasnya.
Baca juga: UPDATE Daftar Kota yang Wajib Daftar MyPertamina untuk Beli Pertalite dan Solar, Cek Kotamu
Sebelumnya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan Presiden Jokowi akan mengumumkan kepastian kenaikan harga BBM bersubsidi pekan ini.
Menurut Luhut, saat ini pemerintah tengah menghitung baik dan buruknya dari keputusan penyesuaian harga BBM Pertalite dan Solar tersebut.
Penyesuaian harga BBM memang pasti akan berdampak pada konsumsi masyarakat. Akan tetapi, karena sasaran BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar tersebut tidak tepat sasaran, anggaran yang dikeluarkan dari kantong APBN itu makin membengkak.
Baca juga: Sinyal Kenaikan Harga BBM Subsidi dari Para Menteri Jokowi hingga Respons Ekonom jika Pertalite Naik
“Minggu depan presiden akan umumkan mengenai apa dan bagaimana kenaikan harga (BBM bersubsidi),” tutur Luhut dalam Kuliah Umum di Universitas Hasanuddin secara virtual, Jumat (19/8/2022).
Luhut mengatakan, Presiden Jokowi sudah mengeluarkan berbagai indikasi untuk memberikan bantalan subsidi BBM untuk menjaga daya beli masyarakat yang kurang mampu.
Namun Presiden mengatakan tidak mungkin subsidi tersebut terus ditambah dan dipertahankan.
“Presiden sudah indikasikan, tidak mungkin kita pertahankan terus. Kita ini harga BBM paling murah sekawasan ini, kita jauh lebih murah dari yang lain. Itu (subsidi BBM) terlalu besar kepada APBN kita,” jelasnya.
Lebih lanjut, Luhut mengatakan tahun depan anggaran subsidi akan diturunkan jauh di bawah anggaran subsidi energi dan kompensasi saat ini yang sebesar Rp 502 triliun.
Misalnya saja dengan pengalihan kendaraan dari berbasis BBM menjadi kendaraan listrik, hingga penggunaan bensin campuran dari kelapa sawit B40.
“Karena kemarin subsidi kita Rp 502 triliun, kita harap bisa ditekan ke bawah. Bisa dengan pengurangan mobil BBM dan beralih ke listrik, dan B40,” ujarnya.
Respons Ahok
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merespons soal isu harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite yang akan naik menjadi Rp 10.000 per liter dari Rp 7.650 per liter.
Ahok mengatakan, soal isu tersebut sebaiknya ditanyakan langsung ke Direktur Utama (Dirut) Pertamina Nicke Widyawati.
"Bisa tanya ke Dirut (Pertamina) ya," ucap Ahok saat dikonfirmasi, Selasa (23/8/2022).
Nicke sendiri dijadwalkan menghadiri agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VII dengan Pertamina. Namun, menurut Wakil Ketua Komisi VII Eddy Soeparno, rapat ditunda.
"Rapatnya ditunda," ujarnya.
Inflasi Akan Melonjak di Atas 7 Persen
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan inflasi akan berada di atas 7 persen jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar.
"Diperkirakan kalau Pertalite naiknya 30 persen, solar juga naik 30 persen harganya, maka inflasi bisa di atas 7 persen, dan itu mungkin langkah antisipasinya adalah dengan naikkan suku bunga sekarang," ujarnya kepada Tribunnews.com, Selasa (23/8/2022).
Bhima menyebut, dalam menekan inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi, maka Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya yang kini masih di level 3,50 persen.
Pertimbangan lainnya untuk BI naikkan suku bunga, kata Bhima, mulai ada kecenderungan tren harga komoditas menurun, sehingga ini artinya cadangan devisa bisa terganggu.
"BI diperkirakan akan naikkan suku bunga 25 basis poin," kata Bhima.
Namun, pertimbangan naikkan suku bunga terkait dengan inflasi ini juga perlu memperhitungkan bahwa inflasi disebabkan oleh sisi pasokan.
Sementara, Bhima menilai permintaan masyarakat masih rendah, sehingga BI juga perlu lakukan mitigasi dampak naiknya suku bunga terhadap pertumbuhan kredit.
"Terutama untuk sektor UMKM yang baru pulih atau dalam hasil proses pemulihan, dan juga pada kredit konsumsi. Termasuk, KPR yang nanti akan sangat sensitif terhadap tingkat kenaikan suku bunga," pungkasnya.
Bank Indonesia Akhirnya Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 3,75 persen
Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22-23 Agustus 2022.
"Rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22 dan 23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen," ucap Perry dalam konferensi pers Bank Indonesia, Selasa (23/8/2022).
Ia melanjutkan, untuk Suku bunga Deposit Facility juga naik 25 basis poin menjadi 3 persen. Dan suku bunga Lending Facility naik 25 basis poin menjadi 4,5 persen.
Lanjut Perry, keputusan ini merupakan upaya Bank Indonesia untuk memitigasi dampak inflasi imbas kenaikkan harga sejumlah komoditas, termasuk bahan bakar minyak, khususnya non-subsidi.
"Keputusan kenaikan suku bunga kebijakan tersebut sebagai langkah preventif untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak bbm non subsidi dan inflasi volatile food," papar Perry.
"Serta memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamental dengan masih tingginya tidak kepastian pasar keuangan global di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat," pungkasnya.