Makin Banyak Bank yang Tutup Kantor Cabang, Total Ada 11.290 yang Sudah Tak Beroperasi
Jumlah kantor cavang bank kini semakin menyusut terdesak oleh layanan perbankan digital.
Editor: Choirul Arifin
![Makin Banyak Bank yang Tutup Kantor Cabang, Total Ada 11.290 yang Sudah Tak Beroperasi](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/debitur-mulai-nikmati-subsidi-bunga-dari-pen_20210617_113311.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Makin meluasnya layanan perbankan digital membuat industri perbankan konvensional yang mengandalkan kantor cabang untuk melayani nasabah, makin terkikis.
Layanan perbankan digital yang bisa dilakukan dari smartphone membuat jumlah kantor cabang perbankan semakin menyusut.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan saat ini terdapat 36.111 unit kantor cabang bank umum baik di dalam maupun luar negeri hingga Juni 2022.
Sebagai perbandingan, di Juni 2021 jumlah kantor cabang bank konvensional masih mencapai 47.401 unit.
Dengan demikian, dalam satu tahun terakhir, bank sudah menutup 11.290 unit jaringan kantor cabangnya. Padahal, jumlah bank umum yang ada di Indonesia tetap 107 unit dalam satu tahun ke belakang.
Kalangan bankir menyebut, pandemi telah mempercepat penerimaan nasabah dalam bertransaksi secara digital.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk misalnya telah memangkas jumlah kantor cabang dari 8.993 jaringan di akhir 2021 menjadi 8.804 unit per Juni 2022.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan perseroan akan terus melakukan penataan jaringan kerja, baik menambah atau mengurangi, agar lebih produktif dan efisien namun tetap efektif dalam memberikan layanan perbankan.
“Secara alami, akibat adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. BRI memastikan tidak ada PHK pada karyawan,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Senin (22/8/2022).
Baca juga: Ribuan Kantor Cabang Bank Tutup, Eks Karyawan Bisa Pindah Kerja ke Fintech
Aestika mengatakan, karyawan pada kantor yang ditutup akan dialihkan kepada kantor BRI lain, atau dialihkan menjadi penyuluh digital.
Terdapat tiga fungsi utama dari penyuluh digital. Pertama, mengajari masyarakat untuk membuka rekening secara digital.
Kedua, mengajari masyarakat bertransaksi secara digital. Ketiga meningkatkan literasi digital masyarakat dengan mengajari masyarakat dan mewanti-wanti, hati-hati terhadap kejahatan digital, skimming, social engineering dan lain-lain.
“Saat ini transaksi digital di BRI mencapai 96,8 persen dari total transaksi, sementara untuk transaksi di jaringan kantor konvensional hanya bersisa sekitar 3,2%. Ke depan, kami proyeksikan transaksi di kantor konvensional akan terus menurun sesuai dengan journey digitalisasi masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Baca juga: Bukan Hal Baru, Fenomena Berkurangnya Kantor Cabang Bank Ada Sejak Tahun 2000
Di masa mendatang, BRI melihat layanan konvensional perbankan akan banyak digantikan oleh sistem digital.
Namun waktu yang dibutuhkan agar sistem bank digital beroperasi maksimal diperkirakan masih sekitar 5-10 tahun lagi.
“Fakta itu membuat kehadiran bank konvensional seperti BRI masih dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam perjalanannya, proses transformasi digital layanan perbankan juga turut berlangsung dan menunggu adanya aturan dari regulator untuk pengamanan operasional dan konsumen bank digital,” tutur Aestika.
BRI terus melakukan transformasi dengan menempatkan nasabah sebagai unsur penting.
BRI menerapkan konsep hybrid bank dalam perbaikan bisnis proses, inovasi model bisnis, serta tata Kelola jaringan kerja yang memadukan digital capabilities, physical network serta layanan financial advisor.
Baca juga: Bank DKI Buka Kantor Cabang Digital, Ada Layanan CRM dan Mobile Cash
Harmonisasi ketiganya kami yakini mampu menghadirkan layanan perbankan yang lebih efektif, efisien dan terintegrasi sesuai journey customer dan masyarakat Indonesia.
Salah satu contohnya, layanan secara online bisa didapatkan masyarakat dan nasabah melalui aplikasi BRImo.
Melalui platform tersebut pembukaan rekening baru di BRI bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit tanpa harus datang ke kantor BRI.
Meskipun ada kantor cabang yang ditutup, BRI memastikan tetap memberikan layanan perbankan yang optimal kepada masyarakat, meskipun dilakukan penutupan maupun relokasi kantor.
Saat ini BRI telah memiliki Agen BRILink sejumlah 539 ribu yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan di daerah 3T (terdepan, terluar dan terdepan).
“Para agen tersebut dapat melayani transaksi perbankan sebagaimana kantor konvensional, seperti transfer, setor, Tarik tunai, pembayaran dll. Selain itu BRI juga memiliki lebih dari 16 ribu mesin ATM dan lebih dari 5ribu mesin CRM di seluruh Indonesia,” jelasnya.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk telah menutup 40 kantor cabang ditutup sepanjang 2022. Kendati demikian, Bank Mandiri tetap memperkuat layanan cabang yang ada dengan mentransformasi menjadi smart branches.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi AS Aturridha menyatakan Bank Mandiri telah meluncurkan 241 Smart Branch by Mandiri secara serentak di 89 kota maupun kabupaten dan 29 Provinsi di Indonesia.
Hal ini merupakan bentuk komitmen Bank Mandiri untuk meningkatkan kapasitas dan layanan bagi nasabah lewat pemanfaatan teknologi digital.
“Transformasi Smart Branch by Mandiri ini dihadirkan ke dalam tiga tipe antara lain Digital Box, Hybrid Branch dan Upgrade Branch.
Digital Box untuk nasabah yang membutuhkan layanan perbankan tanpa antrian, Hybrid Branch untuk nasabah yang membutuhkan layanan cepat dan terdigitalisasi, dan Upgrade Branch (Digital Corner) untuk nasabah yang membutuhkan pendampingan staf untuk bertransaksi dan beragam kebutuhan finansial yang kompleks lainnya,” jelasnya.
Ia berharap ketiga tipe ini mampu mengakomodir seluruh karakter nasabah maupun masyarakat yang masih membutuhkan layanan perbankan di cabang maupun edukasi finansial dengan lebih nyaman dan interaktif.
“ketiga jenis cabang tersebut juga dilengkapi dengan self-service machine seperti ATM Setor Tarik, Customer Service Machine (CSM), Video Conference Box yang dapat memungkinkan nasabah berinteraksi secara daring dengan staf Bank Mandiri, dan General Banker yang akan memberikan solusi finansial kepada nasabah,” tuturnya.
Dalam mendukung digitalisasi, Bank Mandiri secara konsisten turut melakukan pengembangan karir Sumber Daya Manusia (SDM) lewat program Mandirian Siap Jadi Digital.
Ia menjelaskan, hal tersebut sejak awal telah menjadi strategi bisnis perusahaan.
"Dalam menyiapkan SDM agar tetap relevan, Bank Mandiri mengutamakan prinsip No One Left Behind atau tidak ada peran dari Mandirian yang terpinggirkan. Karena kami meyakini, kualitas SDM yang adaptif dengan Gerakan Bersama dari seluruh Mandirian merupakan kunci keberhasilan transformasi digital dan keberlangsungan bisnis Bank Mandiri ke depan," terangnya.
Dalam roadmap transformasi digital Bank Mandiri, pengembangan SDM atau Mandirian telah menjadi fokus utama perseroan.
Secara bertahap, Bank Mandiri telah menyiapkan Strategic Workforce Program (SWP) berupa upskilling maupun reskilling kepada Mandirian, mulai dari tenaga-tenaga garda terdepan (frontliner) seperti di cabang hingga back office untuk dapat beradaptasi dengan cepat pada peran baru yang dijalankan, sehingga tidak ada pengurangan pegawai sama sekali.
Sebagai contoh, customer service dan teller diberikan pelatihan dan pendidikan untuk membentuk kemampuan baru dengan menjadi General Banker agar dapat dengan fasih menjelaskan fitur atau fasilitas di Smart Branch by Mandiri.
"Ke depan, Bank Mandiri akan terus melakukan perekrutan talenta-talenta muda yang diharapkan dapat mendukung pengembangan bisnis Bank Mandiri, terutama dalam mendukung transformasi digital."
"Dengan meningkatnya aktivitas bisnis dengan tetap secara konsisten memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, tentunya diperlukan kapasitas SDM yang cukup dengan kapabilitas yang relevan," pungkasnya.
Laporan Reporter: Maizal Walfajri | Sumber: Kontan
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.