Pemerintah Malaysia Umumkan Penurunan Harga Bahan Bakar Minyak
Kementerian Keuangan Malaysia menyampaikan harga eceran untuk bensin dengan RON97 mengalami penurunan sebesar lima sen.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – Pemerintah Malaysia membuat kebijakan dengan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) RON97, dan mempertahankan harga untuk jenis lainnya di tengah lonjakan harga minyak dunia.
Dikutip dari Malaymail, Kamis (25/8/2022), Kementerian Keuangan Malaysia menyampaikan harga eceran untuk bensin dengan RON97 mengalami penurunan sebesar lima sen, dari yang semula 4,35 ringgit Malaysia per liter menjadi 4,30 ringgit Malaysia per liter.
Sedangkan harga BBM RON95 dan solar tidak mengalami perubahan, yakni tetap di harga 2,05 ringgit Malaysia per liter untuk BBM RON95 dan 2,15 ringgit Malaysia per liter untuk jenis solar.
Baca juga: Update Harga BBM Hari Ini 25 Agustus 2022: Mulai dari Pertalite, Pertamax hingga Pertamax Turbo
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Keuangan Malaysia mengatakan bahwa penurunan harga BBM jenis RON97 tersebut untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga minyak global.
Sementara itu, harga BBM di Malaysia ditetapkan berdasarkan harga eceran mingguan produk minyak bumi, menggunakan formula Mekanisme Penetapan Harga Otomatis (APM).
“Pemerintah akan terus memantau tren harga minyak mentah global dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan kesejahteraan rakyat terus terlindungi,” katanya.
Indonesia Berencana Naikkan Harga BBM Subsidi
Berbeda dengan pemerintah Malaysia, Indonesia malah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar yang dinilai telah memberikan beban kepada APBN.
Saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Rabu (24/8/2022), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dicecar pertanyaan terkait wacana kenaikan harga BBM subsidi khususnya Pertalite oleh para Anggota Komisi VII DPR RI di Gedung DPR, Jakarta.
Namun, dalam kesempatan tersebut Menteri ESDM tidak menjelaskan secara gamblang besaran harga dan waktu terkait naiknya harga Pertalite.
Tetapi, lanjut Arifin, Pemerintah melalui seluruh Kementerian terkait masih terus melakukan rapat terkait penyesuaian harga BBM subsidi tersebut.
"Sekarang langkah yang dilakukan pemerintah adalah dalam proses evaluasi. Sedang melakukan kajian-kajian yang intensif. Antara lain terkait dengan pembatasan antara yang berhak atau tidak," ujar Arifin.
Baca juga: Pengamat: Skema Pembatasan BBM Subsidi Lebih Rasional Demi Jaga Daya Beli Masyarakat
Ia juga mengungkapkan, di tengah harga minyak dunia yang masih terus berfluktuasi, pemerintah berupaya untuk memastikan ketersediaan BBM subsidi untuk masyarakat.
Namun, konsumsi BBM subsidi mengalami peningkatan signifikan selama beberapa waktu terakhir.
Peralihan penggunaan bahan bakar menuju BBM subsidi semakin marak seiring dengan terus meningkatnya harga BBM.
Oleh karenanya, pemerintah tengah menyiapkan sejumlah langkah untuk merespons hal tersebut.
Harapannya, anggaran subsidi BBM tidak semakin membengkak di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia.
Baca juga: Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Dinilai Tak Tepat di Saat Rakyat sedang Pemulihan Ekonomi
"Kita melihat asumsi APBN. Ini kan crude oil meningkat 117 dolar AS per barel maksimum, kemudian sempat turun ke 92 dolar AS per barel, dan sekarang naik lagi jadi 96 dolar AS per barel," papar Arifin.
"Belum lagi nanti perkiraan akhir tahun (harga minyak dunia bakal meningkat) demand juga akan meningkat karena musim dingin," pungkasnya.
Pada pekan lalu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemungkinan akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi Pertalite dan Solar pada pekan depan.
Luhut mengungkapkan, harga BBM subsidi yang saat ini sudah membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Rp 502 triliun.
"Nanti mungkin minggu depan (pekan ini) Presiden akan mengumumkan mengenai apa bagaimana mengenai kenaikan harga ini (BBM subsidi). Jadi Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian karena kita harga BBM termurah di kawasan ini. Kita jauh lebih murah dari yang lain dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita," katanya dalam Kuliah Umum Universitas Hasanuddin, Jumat (19/8/2022).