Sinyal Hawkish The Fed Buat Dolar AS Jadi Raja Mata Uang
Dolar Amerika kini dianggap sebagai raja di antara mata uang lainnya dan bertahan sejak 40 tahun terakhir.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Sikap agresif bank sentral Amerika The Fed dengan menaikan suku bunga kel level tertinggi membuat nilai mata uang dolar AS melonjak 13,5 persen di sepanjang tahun 2022 hingga nilainya naik 0,9965 dolar AS.
Dengan kenaikan tersebut kini dolar dianggap sebagai raja di antara mata uang lainnya dan bertahan sejak 40 tahun terakhir.
“Dolar akan tinggi dalam jangka panjang, sangat sulit untuk bertaruh melawan dolar saat ini," ujar analis ekonomi AS, Riccardo Lancioni.
Lonjakan dolar mulai terjadi setelah The Fed mengerek naik suku bunga acuannya guna memangkas pertumbuhan laju inflasi AS imbas ketidakpastian harga pangan dan energi pasar global selama beberapa bulan terakhir.
Laju inflasi AS yang telah tembus ke level 9,1 persen pada bulan Juni lalu akibat memanasnya invasi Rusia dan Ukraina, memaksa The Fed untuk terus memperketat kebijakan moneternya agar dapat menjauhkan Amerika dari ancaman resesi.
Dalam dua kuartal ini setidaknya The Fed sudah menaikan suku bunga sebanyak 4 kali dengan total 225 basis poin menjadi 2,25 persen - 2,5 persen.
Baca juga: Jumat Pagi, Laju Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS Tembus ke Level Rp14.797
Meskipun sikap hawkish Fed dapat menurunkan laju inflasi menjadi 8,5 persen serta dapat mengangkat nilai mata uang dolar AS ke level tertinggi.
Namun penguatan berlebihan yang dilakukan The Fed mengakibatkan runtuhnya perdagangan di sejumlah negara di Eropa, karena investor gagal melakukan transaksi impor minyak dan bahan pangan di tengah penurunan nilai mata uang euro.
Sejauh ini euro telaah terseret turun dengan ambles sebanyak 12 persen di bawah paritas greenback dolar AS.
Selain Eropa, mata uang yuan China juga turut mencatatkan penurunan terhadap greenback. Dimana nilai yuan jatuh 148 basis poin menjadi 6,8536 terhadap dolar AS.
Amblesnya nilai yuan bahkan membuat bank sentral China nekat untuk memangkas suku bunga pinjaman utama di bulan ini demi menghidupkan kembali nilai yuan dan mendorong laju ekonomi yang secara tak terduga telah melambat di tengah krisis pasar global.
Devaluasi atau turunnya nilai mata uang terjadi di sejumlah negara kemungkinan akan terus berlanjut, mengingat saat ini The Fed terus menyuarakan risalah kenaikan suku bunga di pertemuannya pada bulan September mendatang.
“Kami menegaskan akan menaikkan suku bunga dan mempertahankannya di sana sampai inflasi yang disebabkan oleh tekanan ekonomi mereda.” jelas Pejabat Fed pada pertemuan tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming pada hari Kamis (25/8/2022).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.