Desa Panggungharjo Yogyakarta Raup Rp100 Juta Per Bulan dari Bank Sampah Pegadaian
Desa Panggungharjo ada 68 unit kelompok usaha pengelolaan sampah yang tersebar di sejumlah titik dan terintegrasi.
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panggungharjo merupakan satu dari empat kalurahan di Kapanéwon Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Desa ini terkenal dengan inovasi pengelolaan sampahnya melalui KUPAS (Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah).
Direktur Jaringan, Operasi dan Penjualan PT Pegadaian, Eka Pebriansyah mengatakan salah satu unit usaha usaha yang terkenal di desa ini adalah bank sampah yang bekerja sama dengan Pegadaian.
“Bank sampah itu yang dilakukan di Panggungharjo, uniknya adalah dia punya kelompok usaha lagi di bawah bank sampah,” kata Eka saat konferensi pers Launching Pegadaian MengEMASkan Sampah untuk Indonesia di Kantor Pegadaian Kenari-Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (1/9/2022).
“Dari pemasukkan desanya itu mereka bisa memperoleh, dari laporan desanya itu adalah Rp100 juta per bulan,” ujarnya menambahkan.
Baca juga: Dukung Gerakan Indonesia Bersih, Pegadaian Gelar Lomba Mengemaskan Sampah dengan Hadiah Ratusan Juta
Eka menjelaskan, di desa tersebut ada 68 unit kelompok usaha pengelolaan sampah yang tersebar di sejumlah titik dan terintegrasi.
Bahkan pengelolaan sampah di sana cukup lengkap, mulai dari pengambilan sampah menggunakan sebuah gerobak motor hingga bak sampah yang ada di unit tersebut.
Menurutnya, proses pengelolaan sampah di sana, pertama-tama sampah yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam sebuah wadah berbentuk seperti bak mobil truk.
Kemudian terdapat sebuah alat yang dapat menjalankan sampah awal hingga dapat dipilah oleh pekerja. Para pekerja menyeleksi sampah menjadi dua kategori, pertama berjenis organik dan kedua an-organik.
“Dia pilah, di bawahnya mereka ada kantung kayak karung gitu besar. sampah itu dipilahin mana yang sampah organik, non organik. Dia pilah, sampai diujungnya tinggal sisanya. Siaanya adalah sampah organik,” ucap Eka.
Selanjutnya, dari sampah non-organik yang masih bernilai ekonomis seperti limbah botol hingga plastik pun dipisahkan. Prosesnya, sambung dia, dengan di-press menggunakan mesin, diikat menjadi satu, ditimbang, untuk selanjutnya dibungkus rapi sebelum dijual.
“Uangnya dari mana? Memang uangnya dari penjualan sampah-sampah tadi,” ujarnya.
Pekerjakan 40 Anak Muda Putus Sekolah
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.